Bahtiar Beber Dukungan Pemerintah Demi Suksesnya Pemilu 2019
Jadi DP4 bukan satu-satunya sumber data untuk penetapan Daftar Pemilih Tetap(DPT). Penyusunan dan penetapan DPT adalah ranahnya dan otoritas penuh KPU.
“Makanya ada proses pencocokan dan penelitian (Coklit) yang dilakukan KPU, Tugas Tim kemendagri adalah back up penuh KPU dalam proses penyisiran data pemilih tetap,” terangnya.
Peran strategis lainnya, Kemendagri sudah melakukaan koordinasi lainnya, baik dengan BSSN membahas potensi kerawanan terkait cyber crime. Koordinasi dengan Polri, TNI, BIN dan Kejaksanaan.
“Kami juga sudah melaksanakan Rapat Koordinasi Kesiapan Pemilu Serentak 2019 yang melibatkan jajaran Kesbangpol provinsi dan kabupaten/kota seluruh Indonesia tiga hari lalu dan Mendagri sudah perintahkan membantu dan memfasilitasi Penyelenggara Pemilu di daerah masing-masing,” beber Bahtiar.
Ditekankan bahwa susksesnya penyelenggaraan Pemilu ini tidak bisa digantungkan hanya kepada Penyelenggara saja (KPU, Bawaslu, dan DKPP). “Ini tugas kita semua termasuk para pemilih pemula di tahun 2019 nanti. Adik – adik kita yang sekarang belum genap 17 tahun tetapi menjelang 17 April atau tepat 17 April 2019 genap berumur 17 Tahun diharapkan proaktif melakukan perekaman. Jajaran Kemendagri khususnya Ditjen Dukcapil telah melakukan jemput bola melakukan perekaman masayarakat termasuk bagi pemilih pemula,” jelas Bahtiar.
Bahtiar mengatakan bahwa target KPU dengan angkat tingkat partisipasi pemilu 77,5% persen, optimistis bisa dicapai. “Tugas kita bersama adalah bagaimana menggerakan tingkat partsisipasi politik masyarakat. Supaya masyarakat mau berpartisipasi maka proses dan iklim harus dibuat menarik dan menyenangkan. Jika tidak malah masyarakat bisa berubah menjadi apatis. Iklim atau suasana Pemilu ini penting dilakukam oleh seluruh aktor dan kontestan pemilu, jangan sampai memicu apatisme masyarakat. Maka semua pihak khususnya aktor - aktor kepemiluan menampilkan kesejukan dan mampu menahan diri agar masayarakat tertarik datang berbondong-bondong ke TPS.”
Sebenarnya tingkat partsipasi politik di Indonesia jaub lebih baik dibanding negara demokrasi lain, termasuk negara demokrasi modern lainnya. “Justru negara lain yang harus belajar ke Indonesia untuk hal yang satu ini. Misalnya, di TPS menggunakan baju adat, pagelaran adat-istiadat, membawa makanan khas, hiburan rakyat di sekitar TPS yang sifatnya swadaya dengan mengangkat kearifan lokal dengan suasana riang gembira. Selain itu, biasanya untuk di lingkungan komplek – komplek perumahan padat penduduk yang penduduknya sibuk bekerja.dan jarang ketemu, maka mereka datang ke TPS-TPS adalah sekaligus sebagai ajang silaturahim membina kekeluargaan dgn warga sekitar,” ungkap Bahtiar.
Pemilu bukan hanya sekedar mencoblos, tapi sekaligus cara sebuah bangsa membangun peradaban berdemokrasi.