Bakrie Jual Anak Usaha
Rabu, 20 Februari 2013 – 06:29 WIB
Head of Research Division PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan proses penjualan saham VIVA bisa jadi berada di bawah nilai asumsi awal. Hal ini mengingat mengingat rasio utang VIVA hingga akhir kuartal ketiga 2012 cukup tinggi. Total utang (liabilitas) VIVA selama sembilan bulan di 2012 meningkat cukup signifikan sebesar 48,83 persen di angka Rp 1,22 triliun, dibandingkan realisasi 2011 sebesar Rp 822,27 miliar. "Saya kira kalau VIVA minta mahal susah, kalaupun nawar harga bisa rendah. Karena utangnya naik pesat," ungkapnya kepada Jawa Pos.
Tercatat, rasio utang terhadap modal (debt equity ratio/DER) VIVA mencapai 72,7 persen. Asumsi paling kuat atas membengkaknya nilai utang tersebut, salah satunya dipicu pembelian hak siar eksklusif siaran piala dunia 2014 sebesar USD 61,54 juta, atau setara Rp 553,86 miliar. Atas hak yang diterima tersebut, tiga anak usaha VIVA harus membayar biaya hak siar USD 54,1 juta kepada FIFA (Federation Internationale de Football Association), lalu mengganti biaya-biaya yang dikeluarkan oleh ISM sehubungan dengan proses persiapan, negoisasi, dan eksekusi licence agreement sebesar USD 4,44 juta, dan membayar biaya konsultasi sebesar USD 3 juta.
"Pembeli akan memiliki bargain posisition yang lebih baik, karena Grup Bakrie masih terlibat masalah utang," paparnya.