Balitbang Kementan: Eucalyptus Berhasil pada Uji Klinis SARS-CoV-2
Unhas bekerja sama dengan Balitbangtan ingin membuktikan bahwa apa yang terjadi pada pengujian in vitro, uji hewan dan uji laboratorium, kemudian diterjemahkan ke pasien.
“Kami menggunakan metode ilmiah yang standar, memang hasilnya baik. Posisinya, eucalyptus sebagai adjuvan artinya obat tambahan,” kata dia
Jadi, lanjut Arif, pasien mendapat obat yang seharusnya dan eucalyptus. Hasilnya, kata dia menjelaskan, lebih baik dibandingkan tanpa eucalyptus.
“Itu yang kami dapatkan. Ke depan, kami akan meneliti dalam jumlah sampel yang lebih sehingga bisa kita aplikasikan secara luas ke masyarakat,” terangnya.
Sebelumnya, Berdasarkan studi terkait aktivitas antivirus senyawa 1,8-cineole pada SARS-CoV-2 melalui uji molecular docking yang dilakukan oleh Sharma & Kaur pada tahun 2020, memperlihatkan bahwa Main protease (Mpro) / chymotrypsin seperti protease (3CLpro) dari COVID-19, menjadi target potensial penghambatan replikasi Coronavirus.
Senyawa 1,8-cineole yang juga disebut eucalyptol, adalah komponen utama dari minyak atsiri yang ditemukan dalam daun eucalyptus.
Senyawa 1,8-cineole dalam eucalyptus memiliki kemampuan dalam menetralisir virus, anti inflamasi dan antimikroba.
Kepala Badan Litbang Pertanian Fadjry Djufry menyebutkan pihaknya telah menguji 60 jenis bahan herbal, seperti minyak atsiri, serbuk dan daging buah yang dilaporkan mempunyai kemampuan menetralisir virus.