Bamsoet Mengapresiasi Dokter Muda yang Aktif Bantu Pasien Covid-19
jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengapresiasi kiprah para dokter muda yang pada pandemi Covid-19 aktif terjun membantu para pasien.
Sebagai bentuk penghargaan, setelah pandemi Covid-19 berakhir, dirinya mendorong pemerintah maupun rumah sakit tempat para dokter mengabdi bisa memfasilitasi beasiswa kepada para dokter muda menempuh pendidikan spesialis untuk kemudian ditempatkan di berbagai daerah.
“Salah satu tantangan terbesar dunia kesehatan Indonesia adalah tidak meratanya persebaran dokter, khususnya dokter spesialis. Kita masih banyak kekurangan dokter spesialis. Hal ini jugalah yang turut menghambat penanganan Covid-19 di berbagai daerah,” ujar Bamsoet saat melakukan videoconference dengan para dokter muda yang tergabung dalam Junior Doctor Network (JDN) Indonesia, di Jakarta, Selasa sore (5/5/2020).
Turut hadir para dokter muda dari berbagai daerah. Antara lain Rishka Purniawati dari RS Darurat Penyakit Infeksi Emerging Provinsi Papua Barat, Vito A Damay dari RS Siloam Lippo Village-Tangerang Banten, Melda Warliani dari RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, Yos Akbar Irmansyah dari RSUD Kota Mataram NTB, Julian Aldwin dari RSUD Muaradua OKU Selatan Sumsel.
Selain itu, Zainah Fitriah dari RSD Wisma Atlet Jakarta, dan Muhammad Abdulhamid dari PPDS Orthopaedi RSO Prof Soeharso yang saat ini juga sedang dirawat di RSD Wisma Atlet.
Mantan Ketua DPR RI ini menuturkan, salah satu tenaga dokter spesialis yang masih kekurangan saat pandemi Covid-19 adalah dokter spesialis paru. Jumlahnya di Indonesia hanya sekitar 1.107 dokter dari kebutuhan ideal sekitar 2.600 dokter.
“Tak ada salahnya kita belajar dari negara Kuba, walaupun bukan termasuk negara kaya raya, namun bisa melakukan investasi besar-besaran terhadap kesehatan dengan melahirkan banyak dokter spesialis dan tenaga kesehatan," kata Bamsoet.
Ketua MPR ini memaparkan, data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) per 30 April 2020, jumlah dokter di Indonesia tercatat sekitar 186.105 orang, dengan rasio satu dokter melayani 1.400-an penduduk. Masih kalah dibanding Malaysia dengan rasio satu dokter melayani 1.100 penduduk. Apalagi Singapura yang memiliki rasio satu dokter melayani 513 penduduk.