Bamsoet Semangati Kader FORHATI
jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo meminta para alumnus Himpunan Mahasiswa Islam Wati (FORHATI) terus berfokus pada gerakan sosial dan intelektualisme, termasuk memfasilitasi anggotanya yang sekarang sedang berjuang menjadi calon legislatif (caleg) melalui berbagai partai politik. Menurutnya, FORHATI harus mengerahkan segala sumber daya demi meloloskan anggotanya yang bersaing di pemilu legislatif.
"Semua caleg, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai peluang yang sama untuk terpilih. Jenis kelamin serta nomor urut bukan jaminan untuk menang. Kata kuncinya ada pada ikhtiar, kesungguhan dan kerja keras," ujar Bamsoet -panggilan akrabnya- saat mengisi pelatihan Sekolah Demokrasi Insan Cita yang diselenggarakan Majelis Nasional FORHATI di Jakarta, Rabu (26/09/18).
Politikus Partai Golkar itu lantas berbagi kiat untuk menang dalam pemilihan. Bamsoet menjelaskan, caleg yang mau lolos menjadi wakil rakyat harus membangun jaringan, menyusun strategi dan membuat program sesuai daerah pemilihan masing-masing.
Yang tak kalah penting, kata Bamsoet, caleg harus lihat membangun narasi dan tema kampanye menarik tanpa harus menggunakan muatan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) ataupun hoaks. Sebab, katanya, isu SARA dan hoaks hanya akan membuat masyarakan saling membenci dan bermusuhan.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI itu menegaskan, perbedaan politik dalam demokrasi adalah hal biasa dan lumrah. Namun, katanya, persaingan harus dilakukan secara sehat.
Oleh karena itu saling meninggikan keunggulan masing-masing boleh dilakukan. Namun, hal yang harus dihindari adalah saling merendahkan, menghujat atau saling mencaci maki sesama caleg.
"Semua pihak, termasuk caleg harus menyiapkan diri dan mengembangkan tradisi bahwa berkompetisi tidak harus saling menjatuhkan. Berbeda tidak harus saling bermusuhan," kata Bamsoet.
Legislator dari daerah pemilihan VII Jawa Tengah VII yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen itu juga mengajak para Caleg FORHATI tidak melihat pemilu sebagai pesta demokrasi lima tahunan semata. Sebab, yang lebih esensial adalah menempatkan pemilu sebagai sarana untuk menentukan arah perjalanan bangsa lima tahun ke depan.