Bamsoet Tidak Ingin DPR Jadi Tembok Besi Bagi Rakyat
jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo tampil epik saat membacakan Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia karya WS Rendra.
Sebagai pejabat publik, pria yang karib disapa Bamsoet itu sudah dikenal mempunyai hobi berpantun saat memberikan pidato maupun sambutan.
Terbukti, seni berpantun Bamsoet mampu menjadi ice breaker yang mencairkan suasana formal sehingga penuh keakraban dan persaudaraan.
Berbagi panggung dengan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Bamsoet didapuk tampil pertama membacakan puisi tersebut.
Acara Panggung Puisi dan Musik, Peringatan 20 Tahun Reformasi ini digelar di gedung DPR RI, Jakarta, Selasa malam (08/5).
"Puisi punya daya magis yang luar biasa. Apalagi membacakan karya sastrawan besar WS Rendra bersama ketua MPR dan para seniman serta tokoh, membuat jiwa saya bergetar. Membawa kita hanyut kembali ke 20 tahun silam saat kejadian Mei 1998. Terlepas dari berbagai efek sosial yang ditimbulkan, Mei 1998 telah membawa perubahan besar terhadap pergesaran politik bangsa kita," ujar Bamsoet.
Mantan ketua Komisi III DPR RI ini menambahkan, Peringatan 20 Tahun Reformasi yang dilakukan dengan berbagai rangkaian kegiatan diharapkan dapat menguatkan kembali semangat kerakyatan ke dalam kegiatan keparlemenan.
"Ada banyak kegiatan. Kemarin kita selenggarakan diskusi dan pameran foto. Hari ini ada panggung puisi dan musik melibatkan berbagai tokoh lintas kalangan dan seniman berbagai genre. Puncaknya, pada tanggal 21 Mei nanti akan ada malam refleksi. Ini semua dilakukan agar DPR tidak menjadi tembok besi," terang Bamsoet.