Bamsoet Ungkap Data tentang Kondisi Pemuda Indonesia, Ini Harus Jadi Perhatian
Data yang cukup mengejutkan adalah dari aspek sosial ekonomi, ternyata 44,47 persen pemuda tinggal di rumah tidak layak huni. Kondisi ini harus mendapatkan perhatian khusus dari segenap pemangku kepentingan.
Secara umum, kata Waketum KADIN Indonesia ini, tolok ukur memotret wajah pemuda juga dapat dirujuk dari angka Indeks Pembangunan Pemuda (IPP), yang merepresentasikan berbagai capaian kepemudaan pada lima bidang dasar; pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja, partisipasi dan kepemimpinan, serta gender dan diskriminasi.
Berdasarkan data yang ada, kata kepala Badan Bela Negara FKPPI ini, IPP Nasional selalu mengalami pasang surut. Tahun 2015, angkanya sebesar 47,33 persen. Pada 2016 meningkat menjadi 50,17 persen, dan turun ke angka 48 persen pada 2017. Datanya kembali naik 50,17 persen di 2018.
Dinamika tersebut menunjukkan bahwa IPP Nasional masih berada pada level menengah. "Berbagai data kepemudaan tadi sangat penting, karena saat ini Indonesia telah menginjakkan kaki pada tahap awal bonus demografi," lanjut Bamsoet.
Dia menyebutkan, berdasarkan perkiraan BPS, rentang waktu antara tahun 2020 hingga 2035 adalah periode di mana jumlah penduduk usia produktif akan berada pada titik tertinggi sepanjang sejarah Indonesia, angkanya mencapai 68 sampai 75 persen dari total jumlah penduduk.
Pertanyaanya, kata Waketum Pemuda Pancasila ini, apakah bonus demografi itu dapat dioptimalkan, atau justru menjadi sebuah kemubaziran? Hal itu menurutnya akan sangat tergantung pada kemampuan generasi muda beradaptasi dan meningkatkan kompetensi diri. Terlebih bangsa Indonesia telah memiliki Visi Indonesia Emas 2045, yang menggariskan empat pilar utama.
Keempat pilar itu adalah pembangunan manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; pemerataan pembangunan; serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan.
Wakil Ketua Umum SOKSI ini menjelaskan, ada beberapa poin penting yang tersirat dalam rumusan pilar-pilar utama tersebut. Pertama, visi ini menempatkan manusia sebagai subjek sekaligus objek pembangunan, yang mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana meraih keberhasilan.