Ban Ki-moon Minta Dunia Optimistis
Soal Perdamaian Israel-Palestinajpnn.com - JERUSALEM--Keraguan yang membayangi dialog damai Israel-Palestina menarik perhatian Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. Diplomat Korea Selatan (Korsel) itu mengimbau masyarakat internasional agar tidak pesimistis. Sebaliknya, jajak pendapat Israel menunjukkan optimisme warga terhadap perdamaian.
"Kita harus bisa mengatasi keraguan yang sudah mendarah daging sejak munculnya konflik ini 20 tahun lalu," ujar Ban setelah bertemu Presiden Israel Shimon Peres di Kota Jerusalem kemarin.
Menurut dia, perasaan skeptis hanya akan menghambat dialog yang putaran pertamanya berlangsung Rabu lalu (14/8) itu. Karena itu, dia mengimbau semua pihak yang terlibat dalam dialog tersebut agar bisa lebih optimistis.
Dalam kesempatan itu, Ban juga memerintah Israel dan Palestina agar menciptakan suasana yang kondusif selama perundingan berlangsung. Amerika Serikat (AS), pemrakarsa dialog langsung itu, menargetkan kesepakatan damai tercapai dalam waktu sembilan bulan. "Semua pihak harus menghindari langkah apa pun yang mengancam keberhasilan perundingan," ungkapnya dalam pernyataan tertulis.
Setelah berdialog dengan Peres, Ban juga menemui beberapa pejabat Israel yang lain. Terutama, Menteri Kehakiman Tzipi Livni yang menjadi juru runding Israel dalam dialog damai putaran pertama di Jerusalem Rabu lalu. Selain Livni, Ban mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Moshe Yaalon.
Sebelum berkunjung ke Israel, Ban lebih dulu melawat Palestina. Kamis lalu (15/8) dia bertemu dengan Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas. Tokoh 69 tahun itu mengkritik kebijakan Israel terkait dengan permukiman. Dalam jumpa pers setelah pertemuan di Tepi Barat tersebut, dia mengaku kecewa dengan keputusan Israel untuk melanjutkan pembangunan permukiman di wilayah sengketa.
"Aktivitas pembangunan (permukiman) itu akan memengaruhi kepercayaan Palestina terhadap keseriusan Israel dalam perundingan damai ini," ungkap Ban. Dia khawatir, kebijakan Israel tersebut bakal membuyarkan rancangan damai yang disusun dalam dialog putaran pertama. Dalam masa pemerintahan mantan PM Ehud Olmert, Israel menyatakan dukungannya terhadap solusi dua negara.
Sayangnya, setelah Olmert tidak lagi menjabat kepala pemerintahan, sebagian politisi Israel menentang solusi dua negara itu. Mereka tidak merestui lahirnya negara Palestina. Padahal, dalam upayanya membentuk negara, Palestina sudah mendapatkan dukungan penuh dari PBB. Saat ini pun, PBB mengakui Palestina sebagai negara pengawas bukan anggota.