Bang Betor Diwisuda, Dosen Pembimbing Kagumi Semangatnya
Awalnya, betor yang digunakan adalah milik orang. Penghasilan setiap sehari harus dibagi dengan pemilik bentor.
Hasil menarik betor ditabung untuk biaya kuliah, sisanya makan dan bayar kos-kosan. Ini merupakan perjuangan cukup berat, karena Yus bekerja dikejar setoran. Sementara, sebagian waktu harus digunakan ke kampus, kuliah.
Alhamdulillah, setelah melalui perjuangan begitu berat, tahun ketiga Yus sudah mampu membeli betor sendiri. "Saya atur dengan waktu saya. Di luar jadwal kuliah, saya gunakan untuk menarik betor. Di waktu luang lainnya saya gunakan untuk mengerjakan tugas," ujarnya.
"Setelah mendapat betor sendiri, saya sudah ringan lagi. Tidak kejar-kejar setoran, waktu saya untuk belajar pun lebih besar," terangnya.
Perjuangan empat tahun tidak sia-sia. si Abang betor ini pun akhirnya diwisuda. Dr. Tamrin Kum, dosen pembimbing Yus mengatakan, Yus adalah salah satu mahasiswa teladan.
"Selama saya bimbing untuk ujian skripsi, ia rajin sekali berkonsultasi. Semangatnya itu yang saya kagumi," terangnya.
Kini setelah diwisuda, Yus akan mencoba mendapatkan pekerjaan baru yang lebih menguntungkan. Bahkan, Yus mengaku cita-citanya ingin mendapatkan pendidikan lebih tinggi lagi.
"Setelah ini saya sudah akan mencari kerja baru. Rencana lain saya juga ingin lanjut magister," ujar Sarjana Ilmu Administrasi Negara itu. (**)