Batik Mahal Karena Filosofinya
Minggu, 04 Desember 2011 – 03:03 WIB
Sebelum memulai membatik, peserta melukis terlebih dulu, motif apa yang ingin dibatik. Tangan mereka kemudian secara perlahan menjalankan canting yang telah dicelupi cairan lilin sesuai garis-garis atau pola yang telah ada. "Gampang-gampang susah bikinnya," ujar Cindi, salah satu pelajar SMP yang ikut latihan membatik.
Dara 14 tahun ini mengaku kagum dengan batik yang begitu sulit pembuatannya namun indah dipandang. Tentunya kata Dwi Suheryanto, mahal murahnya sebuah batik tergantung beberapa faktor yakni tingkat kerumitan motif, pengerjaan di dalam kain atau canting, teknis pewarnaan, bahan kain yang digunakan serta greatnya serta bahan pembantu. "Batik dari kain sutera tentu akan lebih mahal dan harganya tak ternilai," ujar pria 54 tahun ini.
Untuk kain sendiri, nilainya akan mahal jika sutera yang digunakan adalah sutera yang terbuat dari alat tenun bukan mesin (ATBM). Selain itu, kemahalan sebuah batik juga kata staf promosi Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta Umar Setiaji tergantung filosofinya.