Batu Bara Mengilap, Emiten Pertambangan Kerek Indeks
jpnn.com - JAKARTA – Indeks sektor pertambangan menjadi raja dalam perdagangan Selasa (2/8) kemarin. Harga saham pertambangan mencetak pertumbuhan 49,16 persen sejak awal tahun hingga kemarin.
Hal itu membuat indeks sektor pertambangan mengalami kenaikan paling tinggi dibandingkan sembilan indeks saham sektor lain di Bursa Efek Indonesia. Kemarin indeks sektor tambang yang dihuni 43 emiten kembali menguat 1,20 persen.
Angka itu hanya kalah dari indeks sektor industri dasar dan kimia yang dihuni 63 perusahaan dengan penguatan 1,94 persen. IHSG kemarin ditutup menguat 11,747 poin ke level 5.373,323.
Sejak awal tahun, indeks sektor pertambangan memberikan return tertinggi jika dibandingkan dengan indeks sektor lain. Di tempat kedua, ada indeks saham sektor aneka industri dengan kenaikan 26,14 persen pada periode sama.
IHSG secara year to date menguat 16,99 persen. Tim riset PT Mandiri Sekuritas mengapresiasi saham-saham di sektor pertambangan seiring dengan mulai menguatnya harga komoditas batu bara.
”Saham batu bara Indonesia dan Tiongkok bereaksi positif karena rencana pemerintahan Tiongkok memangkas produksi batu bara dengan membatasi hari operasional pertambangan dari 330 hari menjadi 276 hari per tahun,” jelasnya.
Harga batu bara Newcastle naik dengan tutup di harga USD 60 per ton pada pertengahan Juli 2016. Artinya, terjadi penguatan 14 persen secara year to date. PT Mandiri Sekuritas meyakini euforia dari kelanjutan pemangkasan produksi batu bara di Tiongkok mendorong kinerja ekspor batu bara Indonesia.
Di dalam negeri, harga acuan batubara (HAB) kandungan 6.322 kkal/kg sepanjang semester pertama 2016 mencapai USD 51,85 per ton. Level tertinggi berada di periode Januari USD 53,20 per ton. H