BBM Naik, Pertumbuhan Ekonomi Melesat
Sementara itu, otoritas moneter memproyeksi, pada akhir 2014, akselerasi output perekonomian Indonesia berada pada kisaran 5,1-5,5 persen, dengan kecenderungan di batas bawah. Sedangkan pada 2015, Indonesia diprediksi mampu tumbuh di rentang 5,4-5,8 persen.
Sumber pertumbuhan terbesar masih didorong oleh konsumsi dengan forecast pertumbuhan sebesar 5,2-5,6 persen. Sementara investasi dan ekspor diprediksi maksimal tumbuh masing-masing 6,1 persen dan 5,0 persen.
Di tempat yang sama, wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, setidaknya ada empat langkah yang perlu dilakukan Indonesia untuk survive di tengah lesunya perekonomian global. Langkah pertama adalah mengelola inflasi serendah mungkin.
"Inflasi kurang dari 5 persen itu OK, tapi Thailand dan Filiphina bisa hanya 2-3 persen. Inflasi yang rendah itu akan memastikan tingkat pertumbugan ekonomi stabil. Karena itu based inflasi kita berupaya 2-3 persen," ujarnya.
Langkah kedua adalah mereduksi defisit ganda, yakni defisit APBN maupun defisit current account atau transaksi berjalan. Targetnya, posisi defisit transaksi berjalan mencapai 2-2,25 persen. Saat ini posisinya masih pada kisara 3 persen. Sementara itu, defisit APBN pada 2015 ditargetkan 2,21 persen.
Berikutnya, Bambang menuturkan, mengurangi subsidi BBM dan meningkatkan hedging atau lindung nilai adalah langkah ketiga dan keempat.
"Tidak ada jalan lain untuk mengurangi problem defisit dengan memangkas subsidi dan menaikkan harga BBM. Hal itu akan mengurangi dua defisit sekaligus," terangnya. (gal)