Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Begini Penjelasan Lengkap dari Erick Thohir soal Jokowi yang Cenderung Agresif

Rabu, 06 Februari 2019 – 06:37 WIB
Begini Penjelasan Lengkap dari Erick Thohir soal Jokowi yang Cenderung Agresif - JPNN.COM
Erick Thohir. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Belakangan ini capres nomor urut 01 Joko Widodo alias Jokowi kian bersuara lantang. Tidak cuma diam, tetapi merespons serangan lawan politik dalam Pilpres 2019. Jokowi tak segan-segan menyerang.

Di sisi lain, oleh kubu Prabowo-Sandi, Jokowi disebut sedang panik akibat elektabilitas makin mepet sehingga memakai strategi menyerang.

Ketua TKN Jokowi-KH Ma'ruf Amin, Erick Thohir pun meluruskan, bahwa Jokowi tidak asal mengambil sikap. Erick berangkat dari pernyataan pihak Prabowo-Sandi yang berusaha menggoreng seakan-akan Jokowi panik karena selisih elektabilitas kedua pasangan itu makin mengecil.

Menurut Erick, dari fakta yang ada, berdasarkan hasil riset lembaga survei resmi dan diakui KPU, selisih suara kedua pasangan minimal 20 persen. Hanya ada dua lembaga survei yang menyatakan selisihnya sudah berkurang. Yakni lembaga Media Survei Nasional (Median) dan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis).

"Harus lihat track record. Harus berkaca pada lembaga survei yang asosiasinya masuk ke KPU. Jadi lembaga survei yang diakui KPU itu memberi data kedua paslon itu bedanya masih 20 persen," kata pengusaha muda pendiri Grup Usaha Mahaka itu.

Erick menjelaskan, pada 2014, Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) memutuskan untuk mengeluarkan Jaringan Suara Indonesia (JSI) serta Pusat Studi Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) dari keanggotaan Persepi. Pangkal masalahnya, kedua lembaga tak bisa mempertanggungjawabkan publikasi hasil hitung cepat Pilpres 2014 bahwa Prabowo-Hatta unggul dengan selisih 1-2% suara.

Nah, lanjut Erick, kalaupun survei Median dan Puskaptis itu hendak diakui, jika dihitung rata-rata selisih elektabilitas kedua pasangan calon, masih di angka 15-18 persen. Semuanya dengan kemenangan Jokowi-KH Ma'ruf Amin. Sehingga aneh bila disebut Jokowi-Ma'ruf panik.

Yang terjadi seharusnya adalah sebaliknya. "Intinya, kalau dikatakan Jokowi panik karena survei, jawabannya tidak," kata pria yang ikut menginisiasi penyelenggaraan turnamen sepak bola Piala Presiden itu.

Erick Thohir menjelaskan, istilah propaganda Rusia yang dimaksud ialah lebih kepada soal konsultan asing.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close