Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Beginilah Cara Manjakan Pejalan Kaki di Malioboro

Selasa, 29 Maret 2016 – 05:05 WIB
Beginilah Cara Manjakan Pejalan Kaki di Malioboro - JPNN.COM
Kawasan Jalan Malioboro di Kota Jogja. Foto: Radar Jogja/JPG

jpnn.com - JOGJA - Pemerintah Kota Jogja menempatkan penataan kawasan Malioboro sebagai program prioritas. Program itu bukan sekadar untuk mempercantik Malioboro, tetapi juga terkait dengan filosofi jalan utama di tengah-tengah Kota Jogja itu.

Melalui program itu, trotoar di Malioboro yang sebelumnya difungsikan sebagai tempat parkir sepeda motor dikembalikan untuk pejalan kaki. Hal itu penting untuk memperkuat keistimewaan Yogyakarta, sekaligus  mengembalikan kenikmatan Malioboro.

Ketua Dewan Kebudayaan Kota Jogja, Achmad Charris Zubair menyatakan, Jalan Malioboro sebagai bagian sumbu imajiner filosofi zaman dahulu harus menjadi ruang publik yang benar-benar nyaman. Baik untuk berjalan kaki, berekspresi kesenian, atau menjadi tempat diskusi.

”Bukan hanya menjadi kawasan pedestrian untuk jalan kaki semata. Malioboro merupakan bentuk dari slogan Jogjakarta berhati nyaman,” katanya seperti dikutip Radar Jogja.

Dia mengatakan, Malioboro bisa menjadi cermin Jogja yang pluralis. Sebab, semua orang bisa menikmati suasana Malioboro. ”Kenikmatan Malioboro sudah mulai hilang akhir-akhir ini,” tambahnya.

Menurutnya, kenikmatan interaksi sosial di Malioboro kalah oleh kepentingan ekonomi yang berkembang. Misalnya, untuk parkir, pedagang kali lima (PKL) dan aktivitas ekonomi lain.

Lebih lanjut Charris mengatakan, penataan itu tak hanya memberikan kenikmatan pejalan kaki di Malioboro. Kawasan semi pedestrian, lanjut dia, juga merupakan upaya untuk mengembalikan banyak sejarah di sana. Terutama, sebagai gambaran dari peran Belanda dengan Keraton. ”Masa lalu Malioboro merupakan bentuk dari persaingan peran Keraton dan Belanda,” jelasnya.

Dia menegaskan, ada narasi kisah sejarah dengan menjadikan Malioboro menjadi semi-pedestrian. Charris lantas menuturkan kisah pembangunan Loji Kebon atau Gedung Agung sebagai upaya Belanda menyaingi Keraton.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close