Belajar Agama Harus Cerdas Demi Tangkal Radikalisme
Menurut Ayyub, ISIS sangat lihai memanfaatkan teknologi informasi dalam menjaring pengikut. Dan anak Aceh ini terbaiat dengan lebih dulu kecanduan bermain game online.
"Awalnya main game perang. Dari game itu nanti akan ada komunikasi bahwa pemainnya nanti akan dapat hadiah riil, setelah mereka sebelumnya dalam hadiah berupa senjata, granat, roket, RPG, dan lain-lain. Lama-lama anak ini penasaran apa hadiah riil itu,” ujarnya.
“Dari sinilah anak itu terbawa dan hampir berangkat ke Suriah. Dalam pengakuannya, ia sudah disiapkan tiket gratis, iming-iming gaji besar, serta disiapkan perempuan cantik di Suriah. Padahal faktanya itu hanya mimpi. Beruntung anak ini sadar, meski empat temannya jadi berangkat dan sekarang sudah tewas di Suriah," papar mantan Ketua Mantiqi IV Wilayah Australia Jamaah Islamiyah ini.
Di sinilah, lanjut Ayyub, peran keluarga itu sangat penting, khususnya dalam membentengi anak-anak dari paham radikalisme dan terorisme serta ISIS.
Kalau keluarga mampu mengarahkan anaknya dalam belajar agama serta dalam pergaulan lainnya, terutama yang berkaitan dengan internet, ia yakin anak-anak muda Indonesia akan kebal dari sasaran rekrutmen ISIS.
"Carilah guru atau ustaz yang benar-benar paham agama. Jangan sekali-sekali membiarkan anak belajar dari ustaz Google atau situs pencari apa pun di internet. Tanyalah pada guru, kiai, ustaz, bila ingin tahu ayat dan hadis yang shahih," tegas Ayyub.
Ayyub menegaskan, bahwa bila seseorang telah terkena propaganda radikalisme dan terorisme, maka akal mereka akan dangkal dan logikanya rusak.
Ia mencontohkan dirinya sendiri saat terbawa pengaruh paham sesat itu saat menempuh ilmu di bangku STM.