Belajar Jadi Kepala Daerah (2)
Cara Irit menjadi Calon BupatiMinggu, 29 Juni 2008 – 07:48 WIB
![Belajar Jadi Kepala Daerah (2) Belajar Jadi Kepala Daerah (2) - JPNN.COM](https://image.jpnn.com/resize/570x380-80/uploads/berita/dir29062008/img2906200848311.jpg)
Dahlan Iskan
Karena itu sebelum dia turun dari mobil rombongan besar penyambut sudah harus siap di tempat. Lengkap dengan karangan bunga, payung kebesaran, tim pencak silat, dan rombongan hadrah. Maka, seperti pejabat tinggi yang sedang berkunjung ke daerah, si tokoh diarak sampai ke tempat acara dengan iringan lagu dan musik rebana dan tarian silat sepanjang jalan. Kesan bahwa dia memang “tokoh penting” yang pantas menduduki jabatan bupati harus tercipta dari acara ini.
Jalannya acara pokok juga tidak boleh asal-asalan. Si dia harus benar-benar ditokohkan. Temu wicara antara warga desa dengan si tokoh adalah wajib. Dengan acara itu akan timbul kesan bahwa “pejabat tinggi” yang satu ini seperti sedang menjaring aspirasi rakyat paling bawah. Apa saja persoalan desa mereka bisa diungkapkan dan si tokoh memperhatikannya dengan baik.
Rakyat terasa puas karena aspirasinya kelihatan dicatat. Si tokoh sendiri di samping mengetahui apa yang sedang terjadi di desa, sebenarnya juga berdwi fungsi. Sebagai anggota DPRD, dia juga akan memperjuangkan aspirasi itu lewat forum legislatif. Pokoknya rakyat merasa sangat dibela.
Seminggu sekali pula, kegiatan kunjungan ke desa itu dimuat di koran Riau Pos.
Dia memang membayar satu ruang khusus di harian terbesar di Riau itu dengan tarip iklan paket. Lalu membeli sejumlah koran untuk dikirim ke desa yang baru saja dikunjungi. Masyarakat desa pun gempar karena merasa masuk koran.
Bagaimana kalau kelak tidak ada parpol yang melamarnya jadi calon? Si tokoh tidak mempersoalkan itu. Dia yakin di masa depan partai akan melihat juga tingkat kemungkinan terpilih atau tidaknya seorang calon. Dengan cara itu, ketika tiba saatnya pencalonan mau tidak mau parpol akan meliriknya. Kalau posisinya sudah seperti itu, maka dia tidak perlu lagi menyediakan uang miliaran untuk menyogok partai seperti yang selalu terjadi selama ini.