Berasalan Karena Dana, Banyak Orang Gila Tak Terurus
jpnn.com - SELONG - Hingga kini masih banyak penderita gangguan jiwa yang tak ditangani di Lombok Timur, NTB. Data Dinas Kesehatan (Dikes) Lombok Timur menunjukkan baru 48 penderita yang sudah dibebaskan dari pasung. Diperkirakan masih banyak lagi orang gila yang belum terurus dan tertangani dengan baik.
”Mungkin terdengar klise, tapi anggaran pasti jadi penyebab,” kata Kabid Pelayanan Kesehatan Dikes Lotim Suprayitno.
Dijelaskan, sebenarnya Dikes tak pernah lepas tangan terhadap siapa pun penderita sakit jiwa yang ada di daerah Patuh Karya ini. Setiap mendapat laporan, saat itu juga ditindaklanjuti dengan memberi bantuan rekomendasi ke RSJ NTB yang ada di Selagalas, Mataram.
Namun persoalan kembali muncul pascarehabilitasi. Mereka yang umumnya sudah membaik mendapat obat untuk menjalani rawat jalan oleh puskesmas terdekat. Namun, keluarga dan lingkungannya justru menjadi biang permasalahan. Mereka umumnya ditolak untuk kembali karena berbagai sebab.
Di saat seperti itulah pemerintah tak memiliki kemampuan untuk membantu. ”Padahal seharusnya kan dibina dan dampingi sampai sembuh total,” katanya.
Ini berakibat pada kondisi psikis pasien yang kembali bergejolak. Tak jarang, mereka yang sudah keluar dari RSJ akan kembali karena menderita pengulangan gangguan jiwa. ”Kalau untuk membiayai dia yang dibuang keluarganya, itu kami tak ada,” ujarnya.
Persoalan biaya tersebut diakui juga Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja Transmigrasi HM Aminullah. Sebagai dinas yang mengurusi persoalan sosial, ia mengaku tak memiliki anggaran yang cukup untuk membantu para pasien gangguan jiwa hingga benar-benar pulih.
Paling banter pihaknya hanya bisa merekomendasikan pasien ke berbagai tempat rehabilitasi yang ada di kabupaten maupun provinsi yang dikelola berbagi pihak. Pihaknya tak sanggup menanggung biaya hidup pada para pasien gangguan jiwa itu secara penuh.
Kalaupun ingin diberdayakan, pemberian keterampilan menjadi hal yang paling mungkin dilakukan. Itu pun sangat terbatas pada aneka pelatihan skill untuk memasuki dunia kerja. Peran serta dan dukungan keluarga menurutnya sangat diperlukan dalam persoalan ini. ”Tidak boleh kita lepas tangan itu,” katanya mengingatkan para keluarga pasien gangguan jiwa. (yuk/r3)