Berbagi lewat Karya Ikat Indonesia
jpnn.com - SURABAYA – Khazanah corak kain tanah air yang melimpah menginspirasi Didiet Maulana membuat 18 busana berbahan tenun ikat yang menawan. Dedikasi pada budaya bangsa yang tinggi itu dituangkan dalam tiga sequence outfit yang dipamerkan bertepatan dengan charity perdana Komunitas Melati Surabaya Jawa Pos (12/12). ’’Bajunya berbahan tenun ikat. Dengan potongan yang cocok dipakai semua umur,’’ ujar desainer papan atas tanah air itu pada perhelatan di de Soematra tersebut.
Pada sequence pertama, pria kelahiran 8 Januari 1981 itu menonjolkan nuansa kasual bertabur warna hangat berbahan tenun dari perusahaan tekstil Gajah Duduk. Cutting serta detail sederhana memberikan kesan klasik yangeverlasting. ’’Klasik itu kalau dipakai siapa saja kapan saja tetap oke,’’ sambung pria pemilik lini IKAT Indonesia tersebut.
Selain itu, klasik, menurut dia, lebih cocok dengan perempuan Indonesia. Tak perlu aksesori berlebih. Tampilan yang simpel justru akan memancarkan aura kecantikan. Selain tenun, Didiet bermain dengan lurik Klaten, pakaian khas pria pedesaan suku Jawa.
Pada sequence kedua, tipikal busananya lebih hidup, berwarna, dan serta-merta langsung mencuri perhatian. Pancaran kelembutan tenun ikat berpadu dengan shifon dan organza. Taburan payet berwarna emas dan tembaga menyiratkan aura glamor nan elegan dari busana malam tersebut. ’’Karya kedua saya banyak main di detail. Itu untuk tema glamor resmi,’’ ujarnya.
Sementara itu, enam kebaya yang ditampilkan pada sequence ketiga terinspirasi dari baju bodo Sulawesi, Kartini, hingga kutu baru yang saat ini kembali ngehit. Bahannya kain tapis Lampung, songket Palembang, dan songket Bali yang tampak mewah bermandi payet dan bordir.
Semua karya Didiet tampil memikat dan merebut tempat di hati para undangan. Mereka tak hanya menikmati, namun juga bisa membawa pulang baju Didiet itu. Nantinya hasil penjualan tersebut disumbangkan kepada perempuan marginal yang terabaikan. Ini adalah wujud kepedulian Melati Surabaya untuk sesama.
Melati Surabaya sendiri beranggota lima perempuan. Yakni, Azza Dina Djamal, Nany Wijaya, Henny Susanto, Onny Asri M., dan Michaela Newnham. Kecuali Michaela yang sedang berada di London, keempat perempuan yang hadir itu tampak anggun dalam balutan busana yang juga dirancang Didiet.
Charity sore itu menghasilkan dana sementara Rp 60 juta. Nantinya sumbangan tidak diberikan dalam bentuk fresh money, namun berupa bantuan usaha. Salah satu pilihannya adalah membuat para perempuan marginal menjadi peternak telur. ’’Yang diberikan bukan uang, namun sesuatu yang bisa berkelanjutan atau sustainable dan diusahakan mereka,’’ kata Nany Wijaya, ketua Melati Surabaya.