Berbentuk Masjid Nabawi, Lentera di Kampung Minoritas
Namun, setelah dikonsultasikan kepada Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) setempat, Saifuddin, rencana itu kemudian berubah.
”Pihak KUA melakukan survei. Apalagi, sebelumnya pernah beberapa kali ada rencana pembangunan masjid, tapi selalu gagal,” kata pria berusia 47 tahun ini.
Kepala KUA itu, Tiksan menyatakan, memiliki banyak relasi. ”Dari Pak Saifuddin, kami dikenalkan dengan (alm) Ustaz Rohmat Arifin dari Wajak. Beliau yang punya koneksi dengan donatur dari Arab Saudi,” ungkapnya.
Mendengar ada rencana pembangunan masjid itu, orang tua Tiksan menambah luasan tanah wakafnya.
”Total, masjid itu menghabiskan dana Rp 110 juta,” ujar pria kelahiran Dampit, 1971 itu.
Meski sudah disokong dana dari donatur, termasuk pengadaan tukangnya, warga sekitar tetap memberikan kontribusinya.
”Warga sekitar swadaya mencari batu untuk pembangunan masjid. Kebetulan, di desa ini, batunya melimpah. Tinggal ambil saja dari sungai,” ujar dia.
Untuk desain masjid, Tiksan menyatakan, semua berasal dari donatur.