Berdarah Madura, Kiai Ma'ruf Punya Nasab Ulama dan Umara
jpnn.com, BANGKALAN - Calon Wakil Presiden (Cawapres) Kh Ma’ruf Amin mengunjungi Kabupaten Bangkalan di Pulau Madura, Jawa Timur, Jumat (19/10). Salah satu lokasi yang dikunjungi cawapres pendamping Joko Widodo itu adalah Pondok Pesantren Hidayatulloh Al-Muhajirin di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan.
Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Masduki Baidlowi yang mendampingi Kiai Ma’ruf mengatakan, lawatan tokoh kelahiran 11 Maret 1943 itu di Bangkalan membawa tiga pesan penting. Yang pertama, kata Masduki, ulama yang akrab disapa dengan panggilan Abah itu menelusuri leluhurnya.
“Abah bersilaturahmi untuk mencari akar dan asal usul nasab. Intinya, beliau ingin menyambung silaturahmi,” ujar Masduki.
Menurut Masduki, ketua umum nonaktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu merupakan keturunan ningrat Madura. “Abah adalah keturunan Nyai Arusbaya, nenek moyang raja-raja Madura,” katanya.
Kedua, Kiai Ma’ruf hendak menebar semangat Hari Santri pada 22 Oktober mendatang. Cak Duki -panggulan akrab Masduki- menambahkan, Abah hendak menyemangati para santi sebagai generasi milenial agar punya cita-cita tinggi.
“Karena zaman sudah digital, maka santri harus melek digital. Mau menjadi ahli agama maupun santripreuneur, kita harus melek digital. Karena kalau tidak, kita akan tertinggal,” Cak Duki.
Sedangkan pesan ketiga dalam kunjungan Abah adalah menyampaikan pemikiran tentang pentingnya ulama ikut mengurus dan menjaga negara. “Untuk mengatasi masalah-masalah kenegaraan negara,” tutur Cak Duki.
Acara di Pesantren Al Muhajirin dihadiri 110 kiai khas se-Madura, 750 alumni santri, Banser dan masyarakat umum. Hadir pula Bupati Bangkalan, Kapolres dan tokoh masyarakat se-Madura.