Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Berjuluk James Bond Melayu, Kepalanya Dihargai USD 50 Ribu

Senin, 03 Februari 2014 – 13:38 WIB
Berjuluk James Bond Melayu, Kepalanya Dihargai USD 50 Ribu - JPNN.COM
Andy Zulkifli (kanan) berbincang bersama temannya di kedai kopi Ria Tanjungpinang, Kamis (30/1). FOTO: Yusnadi/Batam Pos

Pada tahun 2004, James Bond Melayu ini mengakhiri kisah panjangnya di NYPD. Pangkat terakhirnya kolonel. Setelah 20 tahun hidup di tengah gemerlap kota New York, segenap eksotisme Tanjungpinang mengajak Zul menikmati hari tuanya di kampung halaman. "Indonesia negara yang free. Free of everything. Kita mau meludah atau buang sampah sembarangan pun tidak masalah," katanya nyinyir. 

Kenyinyiran Zul ini beralasan. Lantaran, dirinya sudah terbiasa hidup dalam aturan yang ketat. Pensiunan NYPD ini menilai ada hal yang dilupakan dari penindakan hukum di Indonesia. "Preventing, itu yang nggak ada," sebutnya. "Kalau hanya menindak dan membina, semua negara sudah menerapkannya. Tapi mencegah?" tegasnya. Kemudian ia mencontohkan satu kasus pembobolan toko emas yang belum lama ini terjadi. 

"Kalau ada polisi yang rutin keliling dan berjaga di sekitar, pasti orang akan pikir-pikir juga untuk melakukan aksinya," jelasnya. Selain itu, lanjutnya, dalam membantas kriminalitas, Zul juga mengingatkan kepada aparat penindak lebih memerhatikan aspek psikologi pelaku kriminal. "Dulu, di NYPD, aspek criminal psichology ini harus dikuasai," katanya mencontohkan. 

Meski penegakan hukum di Tanjungpinang belum setertib di New York, Zul tetap ingin menikmati hari tuanya di sini. Menurutnya, tiada tempat paling enak untuk minum kopi kecuali di Tanjungpinang. "Apalagi bersama teman-teman lama seperti ini," kata Zul sambil tertawa. 

Kakek 62 tahun ini juga tak menampik banyaknya tawaran dari Amerika, Singapura, juga Malaysia, yang memintanya menjadi penasihat aparat kepolisiannya. "Sekarang sudah saatnya saya berbuat untuk Tanjungpinang," jelasnya. Ke depannya, ia ingin menularkan ragam seni ilmu bela diri yang dikuasainya. "Beri saya dojo, saya akan latih anak-anak Tanjungpinang jadi atlit hebat," tantangnya.

Matahari sudah terik. Minuman di gelas pun sudah tandas. Sebelum bersurai, Zul mengeluarkan beberapa lembar rupiah, memanggil Devi, penjaga kedai, dan membayar semua minuman dan penganan di atas meja. Setengah berteriak, Zul memanggil pengojek yang kebetulan melintas. "Selagi muda, belajar dan berkerja!" pesannya. (***)

Pria berbadan gempal berkaus abu-abu itu duduk di kedai kopi Ria Jalan Bintan. Ia membuka topi fedoranya. Hampir seluruh rambutnya memutih. Sepintas,

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News