Berkat Didikan Keras Ibu dan Wejangan Almarhum Ayah
Donny mencontohkan, ibunya lebih senang membelikan buku pelajaran bagi anaknya dibanding membelikan sepatu atau baju.
"Wong baju dan sepatumu masih bisa dipakai kok. Begitu alasan ibu," kenang dia.
Tapi, begitu anaknya minta dibelikan buku, sang ibu langsung merespons. Bahkan, ibu rela menggadaikan perhiasan atau sampai berutang.
Kenangan akan nilai-nilai kehidupan yang ditanamkan sang ayah juga dirasakan Firman. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UI kelahiran Jember, 31 Januari 1969, itu menyatakan, ayahnya sangat menjunjung tinggi kejujuran dalam urusan pendidikan.
"Saya tahu prinsip ayah itu dari kakak-kakak. Sebab, saat beliau meninggal, saya masih kecil," ujarnya.
Meski begitu, Firman berupaya keras meneladaninya. Mulai kuliah S-1 di Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan IPB (1988"1993) hingga Magister Manajemen Komunikasi UI (lulus cum laude, 2000"2002), Firman melaluinya dengan lurus-lurus saja.
"Untuk pendidikan, harus bersih. Begitu wejangan almarhum ayah," tegasnya.
Berkat prestasinya menjadi lulusan terbaik, Firman langsung mendapat tawaran mengajar di UI. Dia tidak mau kehilangan kesempatan langka itu. Tawaran tersebut langsung disambar. Sambil mengajar, Firman melanjutkan studi doktoral di bidang Ilmu Filsafat UI.
Dia dinyatakan lulus setelah menjalani sidang promosi doktor pada 18 Juni dengan judul disertasi Manusia dalam Masyarakat Berjejaring.Ketika perbincangan berlangsung gayeng, beduk salat Magrib terdengar.
"Mari berbuka dulu," pinta Firman.