Bermula dari Dahlan, agar Cangkok Hati Lebih Terjangkau
Kamis, 28 Januari 2010 – 06:58 WIB
Ternyata "lampu hijau" itu juga tidak cukup untuk menggerakkan tim dokter Surabaya melakukan transplantasi. Padahal, Menteri Kesehatan ketika itu, sudah menyatakan dukungannya. Saya tidak tahu di mana kendalanya. Baru akhir bulan lalu, setelah dua tahun menunggu, keinginan melakukan transplantasi sendiri itu muncul dan disikapi dengan sangat serius.
Mengapa tiba-tiba keinginan itu muncul dan didorong ke permukaan dengan sangat serius" Tampaknya, ada keinginan yang kuat dari tim bedah anak untuk menyelamatkan nyawa dan masa depan seorang bocah berumur tiga tahun yang menderita kelainan atresia biliari. Bocah ini tinggal di daerah yang jaraknya sekitar empat jam perjalanan darat dari Surabaya, bersama kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai guru. Status bocah ini sekarang adalah pasien rawat jalan, karena memang tak ada yang mengharuskan dia diopname.
Anak-anak dengan kelainan ini lahir dengan saluran empedu yang tidak sempurna. Pada orang normal, saluran empedu menghubungkan dua organ. Ujung yang satu menghubungkan kantung empedu dengan liver. Ujung lain menghubungkan liver dengan usus halus. Pada anak dengan atresia biliari, saluran yang ke usus itu tidak terbentuk. Dengan begitu, cairan empedunya menumpuk di liver. Akibatnya, liver rusak dan beban kerjanya berpindah ke limpa. Akibatnya, limpa membesar.