BFC Juara, Suporter dan Pemain tak Ada yang Percaya
jpnn.com, JAKARTA - Bhayangkara FC menjadi juara, belum ada satupun pemain dan suporter yang percaya.
Ya, mereka tak menyangka klub yang miskin sejarah dalam cerita sepak bola baik di era Perserikatan ataupun Galatama, mampu menaklukkan tim-tim besar langganan prestasi di kompetisi kasta tertinggi tanah air.
Memang, sejarah bukan jaminan, tapi ketidakrelaan para pecinta sepak bola sangatlah besar sehingga bermunculan meme yang merendahkan dan mempertanyakan keberhasilan Bhayangkara FC menjadi juara.
Proses Bhayangkara FC menjadi juara, sejatinya cukup menggelikan. Itu karena ada campur tangan pengelola kompetisi, bahkan otoritas sepak bola nasional, PSSI, juga dinilai turut andil mendorong Bhayangkara FC menjadi juara.
Berawal dari laga pada 3 November lalu, peluang Bhayangkara FC menjadi juara Liga 1 2017 sejatinya telah menipis seiring hasil imbang 1-1 melawan Mitra Kukar di Stadion Aji Imbut, Tenggarong. Saat itu, posisi tim milik kepolisian itu bisa mulus sebagai juara, asalkan Bali United tak bisa menyalip poin mereka saat laga menyisakan dua pekan.
Di luar dugaan, keesokan harinya Bali United mampu menaklukkan PSM Makassar di Stadion Andi Mattalatta, Makassar. Persaingan di papan atas pun langsung berubah dan membuat Bali United mengoleksi 65 poin, sementara Bhayangkara masih 63 poin.
Hitung-hitungan menuju juara, Bali United yang menyisakan satu laga melawan Persegres Gresik di pekan terakhir, belum tertutup peluangnya. Sebaliknya, Bhayangkara FC terancam, karena di dua laga sisa harus menghadapi Madura United dan Persija Jakarta, lawan yang berat.
Tapi, senjata Bhayangkara FC ternyata bukan hanya di atas lapangan. Mereka juga bermain di atas kertas, yakni secara memprotes dimainkannya Mohammed Sissoko dalam laga 3 November di Tenggarong. Komdis pun mendapatkan protes dan laporan terkait hal ini.