BI Jaga Rupiah 11.600 - 11.800 per USD
Menkeu: Depresiasi Hanya TemporerSelain itu, lanjut Agus , BI selaku otoritas moneter juga meminta dukungan politik dari pemerintah dan DPR untuk segera mengimplementasikan Undang-undang Mata Uang yang mewajibkan seluruh transaksi di Indonesia harus dilakukan dalam mata uang rupiah.
Dia menyebut, saat ini masih banyak transaksi di sektor kimia maupun pertambangan yang menggunakan denominasi USD. "Akibatnya, kebutuhan dolar tinggi dan rupiah tertekan," katanya.
Bagaimana pengaruh Pilpres? Agus mengakui, makin ketatnya persaingan Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta juga terus dicermati investor. Hal itu membuat ketidakpastian siapa pemenang Pilpres kian tinggi. 'Bagi pasar, setiap ada ketidakpastian, maka itu menjadi sentimen negatif," ucapnya.
Senada dengan Agus, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan jika persaingan makin ketat, maka perolehan suara dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden diproyeksi tidak akan terpaut jauh.
Akibatnya, jika ada salah satu pihak yang tidak terima dengan hasil Pemilu 9 Juli dan menggugat melalui Mahkamah Konstitusi, maka stabilitas politik dan ekonomi Indonesia pasca Pemilu bisa terganggu. "Orang luar melihat potensi dispute (perselisihan) hasil Pemilu kalau perbedaan perolehah suaranya tipis," jelasnya.
Meski demikian, lanjut Chatib, secara fundamental, ekonomi Indonesia diperkirakan akan membaik pada Triwulan III 2014. Dia menyebut, siklus neraca perdagangan biasanya membaik di Triwulan III, sehingga defisit transaksi berjalan pun diproyeksi membaik. "Jadi, secara fundamental, saya meyakini depresiasi saat ini sifatnya temporer saja sehingga ada potensi rupiah akan kembali menguat," ujarnya. (owi)