Biasanya Moreira Suka Usil, Jelang Dieksekusi Teriak-teriak
Gularte Sering Membenturkan Kepala ke TembokDia mengenakan kaus putih dengan celana pendek warna gelap. Walau di dalam sel, dia mengenakan kaus kaki dan sepatu. Sekitar sepuluh menit keduanya berbicara dalam bahasa Portugis. Perbincangan mereka tampak seperti bersitegang.
Kepada pengacara Utomo, Cordoso menceritakan bahwa Gularte susah diajak bicara secara logis. Dia mengira sedang dalam drama eksekusi yang melibatkan kedutaan besar.
’’Dia berpikir saya ini bagian dari drama pura-pura untuk mengeluarkan dan mengeksekusi dia. Karena itu, Kedubes Brasil akan membawakan psikolog,’’ tuturnya.
Mengenai kondisi Gularte, Kepala Lapas Pasir Putih Hendra menuturkan bahwa kejiwaannya terganggu. Gularte sering secara tiba-tiba membenturkan kepala ke tembok. Beberapa kali dia juga menggunakan seuntai tali untuk mengikat lehernya dan ingin bunuh diri.
’’Beruntung, sipir menjaga dia lebih ketat. Namun, kadang saat diajak bicara dia seperti orang yang tidak sakit. Namun, perangainya bisa berubah setiap saat,’’ ujarnya.
Setelah berbicara dengan Gularte, Cordoso dan rombongan pergi ke Lapas Besi. Di sana Moreira menjalani sidang untuk memberitahukan pelaksanaan eksekusinya. Moreira ditempatkan di sel isolasi. Luasnya 80 meter persegi.
Di dalamnya tampak enam tikar yang siap digunakan. Di sebelah deretan tikar itu terdapat kamar kecil yang hanya disekat tembok setinggi satu meter. Di sel isolasi itu pula Jawa Pos bertemu dan melakukan wawancara dengan raja ekstasi Ang Kim Soei.
Suasana di Lapas Pasir Putih dan Lapas Besi cukup tenang. Cahaya lampu cukup terang di lobi penjara dan ruang kerja pegawai lapas. Namun, ketika mengintip ke sel, suasananya terlihat gelap. Hanya satu lampu neon kecil menerangi sel.