Bicara Keamanan Lingkungan, Centra Initiative Sentil Elite Politik
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Centra Initiative Mohamad Hafids menyentil elite politik saat diskusi dan pemaparan hasil survei keamanan lingkungan di Sadjoe Cafe, Tebet, Jakarta Selatan pada Minggu (23/7).
Hafids mengatakan survei kerja sama Centra Initiative dengan Indopol Survey & Consulting terkait situasi keamanan lingkungan di Indonesia berangkat dari pentingnya melindungi keamanan manusia.
Menurut dia, survei periode 5-11 Juni 2023 terhadap 1.280 responden di 38 provinsi itu untuk memberikan perhatian kepada para elite politik dan pemangku kepentingan terkait upaya menjaga lingkungan hidup Indonesia ke depan.
"Agenda penyelamatan lingkungan telah menjadi perhatian global, jangan sampai para politisi justru sibuk untuk meraup kekuasaan dan mencapai kemenangan pada 2024 saja, tetapi melupakan esensi dari perlindungan lingkungan yang merupakan bagian dari perlindungan keamanan manusia," ucap Hafids, dikutip dari siaran pers.
Hafid lantas mengungkap sejumlah temuan, antara lain soal polusi yang sering terjadi di wilayah tempat tinggal masyarakat, yaitu polusi udara (65,32%), polusi air (11,45%), polusi tanah (8,71%), dan polusi lainnya (14,52%).
Polisi itu terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat (51,85%), tidak ada peraturan pemerintah tentang pengelolaan polusi (14,60%), tidak ada penegakan aturan oleh pemerintah (13,15%), dan terdapat kegiatan pabrik/tambang di daerah tersebut (5%), sedangkan penyebab lainnya (15,40%).
Selain itu, mayoritas responden menyatakan di daerah tempat tinggalnya terjadi perubahan iklim (75,56%), tidak mengalami perubahan iklim (24,44%), suhu makin panas (45,14%), cuaca tidak menentu (38,63%), kekeringan (6,83%), air makin langka/berkurang dan semakin sering banjir (4,16%).
Terkait sampah, responden menyatakan ada pengelolaan sampah umum (57,26%), tidak ada pengelolaan (42,74%). Lalu, soal kondisi sungai dinilai biasa/cukup (54,19%) bagus dan sangat bagus (32,58%), buruk dan sangat buruk (13,22%).