Brakkk... 8 Keluarga Batal Berlebaran bareng Ayah, 13 Anak Jadi Yatim
Karenanya saat jenazah Subagiyo tiba di rumahnya di Dusun Glengseran, Desa Suci, Kecamatan Panci, Jember, Sulastri tampak lemas. Sedangkan tangis Mujayana di dalam rumah terdengar hingga dari luar.
Sebenarnya, kemarin korban yang biasa disapa Pak Yo ini berencana menggelar akikah cucunya, putri dari Husnul Hotimah. Namun, takdir berkata lain.
Pak Yo pulang berselimut kain kafan. Rencana pengajian akikah berubah menjadi kegiatan tahlil.
Tak hanya itu, Pak Yo juga telah berencana menitipkan cucunya ke Pondok Pesantren Al Hasan yang diasuh KH Muzammil di Desa Kemiri, Panti. Niat itu disampaikan Mujayana ketika sang kiai datang langsung ke rumah Pak Yo.
Sementara salah seorang korban selamat, Taufik Hidayat mengaku duduk di bagian belakang mobil. Menurutnya, semua korban selamat memang duduk di bagian belakang.
Namun, dia tidak bisa menjelaskan detik-detik terakhir kecelakaan mobil yang ditumpanginya itu. “Saat itu semua penumpang tidur,” ungkapnya.
Pria yang akrab disapa dengan panggilan Dayat itu hanya sempat mendengar benturan keras. Setelah itu dia pingsan. Dia baru siuman setelah warga dan pengendara jalan di lokasi kejadian kecelakaan memberi pertolongan dan membopongnya keluar dari dalam kendaraan.
Dayat mengakui, mobil yang ditumpanginya sejak awal melaju kencang. Sebab, para penumpang ingin segera sampai di kampung halaman supaya bisa makan sahur bersama keluarganya masing-masing.
Pernyataan Dayat dibenarkan Dina Ayu, anak korban Ahmad Haris. Sebelum kecelakaan, perempuan berumur 21 tahun itu sempat menerima telepon dari bapaknya bahwa rombongan bakal tiba di kampung halaman sekitar pukul 02.00.
“Bapak bilang mau sahur di rumah. Bapak juga sudah beli minuman bervitamin buat saya,” akunya.
Selain itu, Dina, juga sempat diberi tahu bapaknya bahwa yang nyetir mobil dari Bali ke Jember adalah Subagiyo. “Karena bapak kebagian nyetir dari Jember ke Bali,” katanya.