Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Bu Rini, Tolong Jangan Picu Kecurigaan soal PLN Akuisisi PGE

Jumat, 16 September 2016 – 20:22 WIB
Bu Rini, Tolong Jangan Picu Kecurigaan soal PLN Akuisisi PGE - JPNN.COM
Direktur Eksekutif IRESS Marwan Batubara. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA – Pengamat pertambangan dan energi, Marwan Batubawa menilai rencana Kementerian BUMN merestui aksi korporasi PLN mengakuisisi Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan langkah keliru. Sebab, sampai sekarang akuisisi itu belum memiliki dasar yang kuat.

Berbicara pada diskusi bertema Menyoal Rencana Akuisisi PGE oleh PLN di Gedung Nusantara V DPR, Kamis (15/9), Marwan mengatakan rencana Kementerian BUMN memberi restu justru bisa memunculkan kecurigaan tentang adanya motif penjarahan aset milik perusahaan pelat merah. ’’Alasan Bu Rini (Menteri BUMN Rini Soemarno, Red) tidak relevan,’’ kata direktur eksekutif IRESS itu.

Beberapa waktu lalu, Rini memang meminta PLN agar mengakuisisi PGE karena listrik hasil gas bumu harusnya dikelola BUMN yang tepat. Sedangkan Pertamina lebih baik fokus pada penyediaan minyak dan bahan bakar minyak (BBM). Rini menyebut cara itu bisa membuat pengembangan panas bumi makin cepat.

Namun, Marwan mengatakan bahwa lebih baik Rini tidak mengganggu sesuatu yang sudah berjalan baik. Karenanya IRESS mencatat ada kecurigaan motif lain di balik akuisisi.

Dia menyebut beberapa motif yang bisa saja muncul adalah monetisasi PGE,  penguasaan sumber panas bumi potensial milik BUMN, sampai kecurigaan menyiapkan lahan bisnis bagi penerima tax amnesty. ’’Bukan tidak mungkin menyiapkan perusahaan untuk mengmabil alih perusahaan PLTP yang sudah beroperasi,’’ terangnya.

Marwan lantas membuka data untuk memperkuat ucapannya agar tak dianggap tudingan tanpa dasar. Bekas anggota DPD itu mencontohkan kerja sama PLN dan Pertamina saat menggarap pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Dieng, Patuha dan Sarulla pada 2002. Saat itu, dibentuk badan usaha bernama Geo Dipa Energi (GDE).

Awalnya, GDE berhasil membangun PLTP Dieng dengan kapasitas 60 MW pada 2005. Namun, berhubung tidak konsistennya sikap pemerintah, konsorsium tidak dilanjutkan dan Pertamina dipaksa menjual sahamnya kepada pemerintah pada 2011.

“Akibatnya, produksi PLTP Dieng turun menjadi 22 MW dan PLTP Patuha baru beroperasi pada 2014,” jelasnya.

JAKARTA – Pengamat pertambangan dan energi, Marwan Batubawa menilai rencana Kementerian BUMN merestui aksi korporasi PLN mengakuisisi Pertamina

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News