Buku ‘Nakhoda Menatap Laut’, Syarief Hasan: Kenangan dan Inspirasi bagi Generasi Milenial
“Kami berlindung di bunker untuk menghindari peluru nyasar,” tuturnya.
Menurutnya, pertempuran yang sering terjadi membuat masyarakat ingat mana suara tembakan yang diluncurkan TNI dan yang dimuntahkan pasukan DI/TII.
Sulitnya kehidupan pada masa itu membuat Syarief Hasan kecil mempunyai cita-cita tinggi agar bisa hidup lebih baik.
Untuk itu, dirinya pergi ke Makassar guna menempuh pendidikan. Di Makassar ia tinggal bersama saudaranya.
“Saat ini bila mahasiswa ingin kuliah di kota lain bisa indekos,” tuturnya.
Namun, kata dia, pada masa lalu itu bila ada anak yang ingin sekolah di kota lain maka harus mencari saudaranya untuk menumpang hidup.
“Sebagai gantinya, anak yang menumpang hidup pada saudaranya, ia harus bisa memberi kontribusi atau membantu saudaranya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Saya pun juga demikian,” ungkapnya.
Saat sekolah di Makassar, Syarief Hasan termotivasi pada dosen-dosennya yang terbilang sukses dalam kehidupan, seperti habis menempuh pendidikan di luar negeri dan memiliki mobil. “Hal-hal itulah yang memotivasi saya,” ungkapnya.
Sejak SD, dirinya mempunyai prinsip harus menguasai sesuatu yang tidak dikuasai oleh orang lain.
Dalam perjalanan selanjutnya, dirinya masuk Partai Demokrat. Di partai ini, Syarief Hasan dengan terus terang mengakui bila dirinya dibimbing dan dibina oleh SBY.
“Saya bisa beruntung dibimbing dan dibina oleh Bapak SBY. Bimbingan dan binaan dari beliau bisa membuat saya bisa menjadi menteri, anggota DPR empat kali, dan wakil ketua MPR seperti saat ini,” tambahnya.