BUMI Standby Buyer
jpnn.com - JAKARTA - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih merahasiakan identitas pembeli siaga (standby buyer) atas penerbitan saham baru (rights issue) senilai Rp 6,54 triliun dalam waktu dekat ini.
Perusahaan batubara milik grup Bakrie ini diberondong sejumlah pertanyaan detil dari Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait aksi korporasi ini dan sejumlah aksi korporasi lainnya.
BEI memertanyakan strategi BUMI terkait Penawaran Umum Terbatas (PUT) IV Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue seandainya tidak seluruhnya saham diterbitkan itu tidak dibeli oleh para pemegang saham. Menanggapi itu, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava, mengatakan pihaknya menggunakan mekanisme pembeli siaga.
"Perseroan akan menggunakan mekanisme pembeli siaga dalam rights issue untuk melunasi sebagian pinjaman CIC (China Investment Corporation)," ujarnya dalam keterbukaan informasi ke BEI, kemarin.
Ditanya apakah Credit Suisse Ltd Singapura memiliki opsi untuk menjadi standby buyer dalam aksi korporasi ini, Dileep mengatakan, saat ini pihaknya tidak berencana menunjuk Credit Suisse Ltd Singapura untuk bertindak dalam posisi itu. Lalu siapa pihak pembeli siaga itu? "Kreditur dan para pihak yang ditunjuk oleh perseroan," kelitnya.
Namun diketahui bahwa para kreditur BUMI saat ini di antaranya Axis Bank Limited (memberi pinjaman USD 140 juta), UBS AG (USD 54 juta), Deutsche Bank (USD 62,5 juta), Credit Suisse (USD 117,5 juta), dan para pemegang obligasi konversi (USD 375 juta).
Diketahui bahwa harga rights issue BUMI kali ini ditetapkan senilai Rp 250 per saham. Dileep menyampaikan optimisme atas penetapan harga ini. "Perseroan bersikap realistis dan memertimbangkan perkiraan profitabilitas proforma dan asumsi lima kali EPS (laba per saham). Harga pelaksanaan sebesar Rp 250 juta mewakili premi sebesar 20 persen atas harga saham saat ini dan 2,5 kali lebih besar dari harga nominal," yakinnya.
Pada penutupan perdagangan kemarin saham BUMI berada di level 214 per saham, turun 1,00 poin (0,27 persen) dari 215 per saham pada penutupan hari sebelumnya.