Burhanuddin Muhtadi: Tak Ada Demokrasi tanpa Parpol, Publik Jangan Nyinyir Orang Baik Masuk Partai
"Trust rendah, fungsi intermediasi dipersepsi rendah, makin lama pemilih makin jauh dengan partai. Tapi kita tidak ada pilihan lagi berdemokrasi tanpa partai,” pungkas Burhanuddin Muhtadi.
Hanief Saka Ghafur berbicara tentang ketangguhan partai politik dari guncangan politik. Menurutnya, itu penting bagi institusi partai politik demi mewujudkan kehidupan demokrasi dan masyarakat yang madani (civilized).
Artinya, parpol perlu membangun kesadaran tentang arti pentingnya ketahanan dan ketangguhan partai menghadapi masalah internal dan eksternal.
“Banyak partai seringkali abai tentang pentingnya ketahanan dan keberlanjutan. Terutama partai yang sedang berada di zona nyaman atau partai sedang menjadi ruling party," jelasnya.
Menurut dia, banyaknya pengurus partai yang partainya lolos parliamentary threshold atau kadernya menjadi pejabat pemerintah lupa atau lalai memikirkan ketahanan dan ketangguhan organisasinya.
"Banyak partai yang lupa berinvestasi jangka panjang dan lalai meregenerasi kadernya,” urai Ghafur.
“Pilihannya ada dua, apakah partai akan sekadar menjadi partai massa atau akan menjadi partai kader. Partai hanya sekadar mampu menghimpun buih-buih massa, tanpa adanya kaderisasi dan keberlanjutan para kadernya dalam jangka panjang,” tambahnya.
Dia juga memberi penekanan organisasi partai perlu mampu mengubah setiap turbulensi internal maupun eksternal, dan diubah menjadi peluang dan tantangan. Partai perlu mampu membalik ancaman turbulensi menjadi peluang tantangan untuk mempertahankan organisasi dan ketangguhan partai yang berkelanjutan. “Pimpinan partai harus mampu mengantisipasi risiko yang akan terjadi, tetapi sekaligus juga mampu mengintegrasikan risiko ke dalam ketahanan strategus, baik jangka panjang maupun jangka pendek,” pungkas Ghafur dikutip dari siaran pers yang diterima.