Cadangan Devisa RI Naik Pesat
jpnn.com - JAKARTA - Aliran dana asing ke dalam negeri semakin besar. Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa (cadev) RI pada Agustus 2014 meningkat ke level USD 111,2 miliar atau sekitar Rp 1.301,04 triliun (kurs Rp 11.700 per 1 USD). Posisi tersebut naik dari USD 110,5 miliar per Juli 2014.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, peningkatan jumkah cadangan devisa tersebut terutama berasal dari penerimaan devisa hasil ekspor (DHE) migas pemerintah yang melampaui pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.
Menurut Tirta, derasnya dana asing yang masuk ke tanah air itu dapat membiayai 6,5 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah. Posisi devisa juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Kami menilai kenaikan cadangan devisa tersebut berdampak positif terhadap upaya memperkuat ketahanan sektor eksternal, dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan," ungkapnya, kemarin (5/9).
Di sisi lain, investor asing diprediksi masih masuk ke pasar Indonesia dalam beberapa waktu ke depan. Apalagi, setelah Bank Sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 10 basis poin menjadi 0,05 persen dari 0,15 persen pada operasi "refinancing". Kebijakan ini diambil pasca perolehan inflasi di zona Eropa melambat 0,3 persen, dari target ECB yang hanya di bawah 2 persen.
Selain menurunkan suku bunga acuannya, ECB akan membeli portofolio besar efek atau sekuritas beragun aset dan obligasi tertutup dalam mata uang Euro.
"Langkah-langkah yang baru diputuskan, bersama-sama dengan target operasi "refinancing" jangka panjang yang akan dilakukan dalam dua minggu. (Kebijakan tersebut) akan memiliki dampak cukup besar pada neraca kami," ungkap Presiden ECB Mario Draghi usai pertemua dengan dewan gubernur ECB di Frankfurt.
Deputi Gubernur Senior (DGS) BI Mirza Adityaswara mengatakan, untuk menggaet dana asing masuk, Indonesia butuh stabilitas dan kebijakaan moneter yang pruden. Hal ini dikarenakan Indonesia harus berkompetisi dengan beberapa negara lain seperti Filipina, India, dan Malaysia.