Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Catatan Ketua MPR RI: Siasati Ancaman COVID-19 dengan Akal Budi Bersama

Oleh: Bambang Soesatyo

Minggu, 04 Juli 2021 – 12:07 WIB
Catatan Ketua MPR RI: Siasati Ancaman COVID-19 dengan Akal Budi Bersama - JPNN.COM
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo atau Bamsoet sampaikan catatan terkait pandemi Covid-19, Minggu (4/7/2021). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ancaman penularan Covid-19 mengalami eskalasi karena virus Corona SARS-CoV-2 terus bermutasi. Durasi krisis kesehatan sekarang ini juga makin sulit untuk dihitung.

Mewujudkan kekebalan komunal (herd immunity) pun masih menjadi tantangan, karena vaksin corona yang tersedia saat ini belum sepenuhnya efektif dan jumlahnya pun masih sangat terbatas.

Maka, demi keselamatan bersama, semua orang didorong menggunakan akal budi dengan patuh pada protokol kesehatan atau prokes guna menghindari ancaman penularan Covid-19.
 
Sejumlah orang, termasuk figur publik, tetap saja terpapar Covid-19 kendati sudah dua kali menerima suntikan vaksin virus corona. Bagi masyarakat yang awam, fakta ini tentu membingungkan. Sebab, sebelumnya sudah dibangun keyakinan bahwa mereka yang sudah dua kali disuntik vaksin akan kebal dari potensi penularan.
 
Berkembanglah pemahaman di sejumlah kalangan bahwa dalam konteks kekebalan atau imunitas, vaksin corona yang tersedia saat ini belum tentu efektif untuk semua orang. Apalagi, SARS-CoV-2 terus bermutasi.

Maka, agar bisa terhindar dari penularan Covid-19, setiap orang harus tetap waspada kendati sudah dua kali disuntik vaksin. Kewaspadaan itu harus diaktualisasikan dengan kepatuhan tanpa syarat pada prokes.

Selain karena faktor efektivitas vaksin yang relatif belum maksimal itu, kewaspadaan semua orang harus tetap terjaga karena ancaman Covid-19 terus mengalami eskalasi. Proses eskalasi ancaman ditandai dengan mutasi virus SARS-CoV-2 menjadi sejumlah varian.

Ada virus yang digambarkan begitu mudah menular. Misalnya, varian Delta yang memicu lonjakan kasus baru di sejumlah negara. Apalagi, varian itu tidak hanya menyasar orang dewasa, melainkan juga mengintai anak dan remaja di bawah usia 18 tahun.
 
Virus SARS-CoV-2 yang terus bermutasi bisa saja menyebabkan alat diagnosa yang digunakan sejak awal pandemi tidak efektif lagi untuk mendeteksi varian baru. Bahkan, bukan tidak mungkin vaksin yang sudah dibuat sekarang pun tidak cukup manjur untuk mewujudkan kekebalan personal ketika seseorang terpapar SARS-CoV-2 varian terbaru.

Oleh karena itu, sampai pada tahap sekarang ini layak untuk dikatakan bahwa belum ada vaksin atau obat yang manjur untuk benar-benar melumpuhkan atau memutus rantai penularan Covid-19.

Satu-satunya pilihan yang tersedia bagi setiap orang agar terhindar dari penularan Covid-19 adalah melindungi diri dan keluarga. Perlindungan itu akan efektif jika setiap orang dengan kesadaran penuh mematuhi protokol kesehatan.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo sampaikan catatan terkait pandemi Covid-19 di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close