Cerita Pendaki Gunung Rinjani Terjebak Gempa, Mengerikan
Tidak hanya itu. Mereka juga dikejutkan oleh longsoran bebatuan yang menutup jalur pendakian Senaru yang akan mereka lewati. Sehingga tidak memungkinkan untuk dilalui. ”Batu berjatuhan, gelap sekali. Tubuh kami penuh debu,” jelasnya.
Beruntung, porter yang mendampingi mereka cekatan. Dia segera mengajak Harti berlindung di bebatuan besar yang ada di sekitar jalur. Lama sekali. Sampai rentetan gempa susulan yang terus terjadi benar-benar berhenti.
Harti dan rombongan kemudian pindah ke tempat yang lebih aman. Mereka memilih ke Batu Ceper sebagai persembunyian. Di sana mereka bertemu dengan para pendaki lain yang juga akan turun lewat Senaru. Tapi, tak lama kemudian, karena akses jalur Senaru putus, mereka diminta kembali ke Danau Segara Anak.
Saat itu pula muncul firasat dalam benak Harti. ”Mungkin kami akan bermalam lagi di Segara Anak,” kata dia.
Dia juga punya pikiran bakal tertahan lama di Rinjani. Maka, dia meminta stafnya untuk berhemat air. Pun demikian kepada porter dan guide. Bahkan, masak pun dia melarangnya. ”Karena kalau masak, air habis,” tuturnya.
Keputusan itu dia ambil dengan pertimbangan persediaan harus bisa dihemat sampai tiga hari ke depan. Karena itu, sejak gempa terjadi, Harti dan stafnya hanya minum seteguk air setiap kali haus. ”Karena kami nggak tahu berapa lama di sana,” kata dia.
Benar saja, akhirnya Harti harus menginap dua malam lagi di Segara Anak. Padahal, perbekalan mereka sudah hampir habis. Tinggal sedikit makanan dan air. Bahkan, yang membuat nyali mereka menciut, sejak Senin malam (30/7) tinggal rombongan Harti yang bermalam di Danau Segara Anak. Semua pendaki lainnya sudah turun.
Beruntung, kemarin pagi cuaca cerah. Gempa susulan sudah tidak lagi terjadi. Tim penyelamat bisa mendekat ke Segara Anak dengan menggunakan helikopter untuk mengevakuasi rombongan Harti.