Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Cerita Pilu Penjaja Kenikmatan di Tengah Pandemi Corona

Selasa, 14 April 2020 – 16:37 WIB
Cerita Pilu Penjaja Kenikmatan di Tengah Pandemi Corona - JPNN.COM
Ilustrasi wanita penjaja kenikmatan. Foto: Hurriyet

jpnn.com - Keputusan pemerintah India mengambil langkah lockdown dalam upaya menekan penyebaran virus corona baru (covid-19), menimbulkan masalah ekonomi, terutama di sektor informal.

Langkah pemerintah India jelas menjadi neraka bagi ribuan pekerja seks komersial. Tidak ada pilihan, mereka merupakan kelompok terpinggirkan yang paling rentan masuk ke dalam kesulitan hidup.

Neha (bukan nama sebenarnya), seorang pekerja seks berusia 23 tahun, bekerja di Delhi dan menjadi tumpuan pencari nafkah keluarga bagi kedua adiknya.

Neha mengakui sangat tersiksa dengan kondisi saat ini. “Jika keadaannya terus begini, hanya ada satu pilihan yang tersisa untuk saya: bunuh diri,” kata Neha kepada DW dalam wawancara telepon.

Hal senada juga dikeluhkan Sunita (nama diubah untuk privasi). "Saya belum pernah melihat sesuatu seperti ini," ungkapnya kepada Aljazeera.

"Prioritas saya adalah tetap aman. Kami akan puas dengan makanan apa pun yang kami dapatkan, tetapi saya ingin keluar dari situasi ini sesegera mungkin. Saya masih harus menyekolahkan putri saya. Dia bercita-cita ingin menjadi petugas polisi."

Ribuan pekerja seks di seluruh India menghadapi masalah serupa. Menurut organisasi nirlaba Kat-Katha, hampir 5.000 perempuan bekerja sebagai pelacur di daerah Delhi. Mereka pun dilarang mencari nafkah selama masa penguncian ini.

"Hampir 1.400 km (870 mil) utara dari pusat keuangan India di Mumbai, terletak Garstin Bastion Road, yang dikenal sebagai GB Road - distrik lampu merah terbesar di ibu kota New Delhi. Ini adalah rumah bagi 78 rumah bordil tempat 2.225 perempuan tinggal," ungkap LSM Kat-Katha.

Langkah lockdown pemerintah India jelas menjadi neraka bagi ribuan penjaja kenikmatan. Tidak ada pilihan, mereka merupakan kelompok terpinggirkan yang paling rentan masuk ke dalam kesulitan hidup.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close