Cerita Qory Sandioriva dari Ajang Miss Universe
Keramahan Tanpa GelarMinggu, 29 Agustus 2010 – 10:01 WIB
Bukankah rencananya Qory memakai penerjemah?
Sebenarnya saya sudah mempersiapkan penggunaan bahasa Indonesia dalam ajang ini. Saya sudah menyampaikan bahwa saya harus menjawab pertanyaan dengan bahasa Indonesia. Tapi, penyelenggara mengatakan tidak ada translator untuk saya. Mereka bilang, "Kami tidak memiliki translator yang mengerti kamu." Akhirnya saya mengerahkan semua kemampuan. Baru di malam final akhirnya saya mendapatkan penerjemah.
Mengetahui kondisi itu, reaksi Qory seperti apa?
Saya jujur tidak terpengaruh dengan itu. Mungkin grammar saya memang berantakan dan bahasa Inggris saya minim. Tapi, saya berusaha menyampaikan apa yang saya maksud dengan bahasa yang benar. Saya mengerti kekurangan saya. Saya juga merasa telah mengecewakan masyarakat Indonesia. Tapi, terlepas dari itu semua, saya sudah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan dan keterbatasan untuk berbuat yang terbaik.
Pernahkah hal semacam ini terbayang oleh Qory sebelum berangkat ke AS?
Saya sih tidak ada kekhawatiran tentang itu saat akan berangkat. Saya berkomitmen untuk menjaga nama baik Indonesia. Karena berkomitmen, saya merasa tenang. Tidak masalah orang akan berpendapat apa. Saya hargai itu.