Chelsea vs MU: Antonio Conte Dibayangi Kutukan
jpnn.com, LONDON - Perjalanan karier Antonio Conte selama di Italia tak mulus. Dengan lima klub yang berbeda pada delapan musim, The Godfather selalu jadi pecundang begitu memburu trofi di piala, dalam hal ini Coppa Italia.
Kutukan itu berlanjut begitu Conte menjejakkan kakinya di London. Di musim pertama, saat mengangkat trofi Premier League, Conte bahkan tak mampu mengangkat trofi juara dalam ajang Piala FA dan Piala Liga. Meski, dia nyaris memenangi Piala FA sebelum ditekuk Arsenal, 1-2 di Wembley, London.
Nah, Conte kembali menguji peruntungannya dalam final turnamen tertua dunia itu, saat menantang Manchester United dalam final Piala FA edisi ke-137, Sabtu (19/5) malam nanti WIB. ''Itu (kalah dalam perebutan trofi piala) sudah membayangi saya sejak musim pertama dengan Juventus. Di Sabtu malam, saya ingin sekali merasakannya,'' kata Conte, kepada London Evening Standard.
Bedanya, situasi yang dihadapi Conte beda seperti ketika dia di Juventus. Musim ini, dia belum sekalipun membawa pulang trofi juara apapun ke London Cobham. Rata-rata, saat masih di Juventus, dia selalu mampu memberi trofi dalam semusim. Sehingga, tekanan seperti yang di musim ini dia rasakan tak pernah terjadi.
Conte menyebut Piala FA musim ini nilainya bisa menyamai Premier League di musim lalu. ''Saya tak suka mengatakannya, tapi saya senang membahasnya. Tentu, ini bakal jadi salah satu capaian terbesar bagi tim, bagi pemain, bagi klub dan tentu saja bagi fans kami,'' lanjutnya. Chelsea kali terakhir juara Piala FA pada 2011-2012.
Apalagi, rata-rata dari skuat finalnya malam nanti hampir separonya alumnus final pada musim lalu. Salah satunya gelandang Cesc Fabregas. Musim lalu, Cesc hanya main di setengah jam terakhir. Kali ini kans starter ada di tangannya. ''Tak mudah untuk mengakhiri musim yang buruk ini. Tapi ini saatnya kami mengakhirinya,'' ungkap Cesc dalam wawancaranya di London Evening Standard.
Sama seperti Conte, Cesc juga tak pernah beruntung di Piala FA sejak kali terakhir dia di skuad juara Arsenal pada edisi 2005. Gelandang yang sempat disebut “ular” di balik pemecatan Jose Mourinho pada Desember 2015 itu mengklaim dressing room Chelsea tengah on fire. ''Dan kami anggap ini seperti hendak memenangi treble, motivasi yang bisa membuat kami bisa lebih lapar, dan berhasrat mengalahkan mereka,'' tambahnya.
Sebagai sama-sama top manager di Premier League, Mourinho juga sudah lama tak bisa mengangkat trofi juara di turnamen ini. Sepanjang tujuh musimnya di daratan Inggris, dia cuma sekali bisa mendapatkannya pada musim 2006-2007. Sisanya, mentok Mourinho hanya mampu merasakan atmosfer semifinal sekali pada musim keduanya, 2005-2006.