Cuaca Buruk, Petani Tembakau Terpuruk
Kamis, 16 September 2010 – 09:49 WIB
Hal yang sama juga dirasakan petani tembakau yang sudah panen di Desa Banjar Talela, Kec Camplong. Petani di wilayah ini juga sangat menyayangkan buruknya cuaca selama masa tanam hingga panen. Tembakau yang biasanya kering dalam dua hari, kini harus dijemur selama tiga hari agar benar-benar kering. "Kering sih kering, tapi banyak yang busuk, rusak," ujar Asrowi, petani tembakau setempat.
Menurut dia, kerusakan karena proses pengeringan yang tidak maksimal itu jelas membuat harga tembakau turun saat dijual ke gudang. "Kalau biasanya bisa dibeli seharga Rp 24-25 per kilogram (kg), kalau seperti ini bisa-bisa dibeli dengan harga separonya," ujarnya sambil menggulung tembakau irisan yang dijemur di atas tatakan bambu.
"Kalau rugi jangan ditanya, jelas rugi. Kalau dari 100 persen modal yang dikeluarkan untuk bertanam, paling hanya bisa kembali 60-70 persen," ungkapnya. Meski demikian, dia tetap berharap gudang di Pamekasan bisa membeli dengan harga yang tinggi. "Cuaca kan di seluruh Madura buruk. Saya kira petani tembakau di tempat lain sama seperti kami," pungkasnya. (lah/aj/jpnn)