Curigai Asing Tumpangi Penolakan Kretek jadi Warisan Budaya
jpnn.com - JPNN.com - Budayawan Mohammad Sobary mencurigai aksi di balik penolakan kretek oleh politikus di Senayan sebagai warisan budaya sehingga layak mendapatkan perlindungan undang-undang.
Ia meyakini, ada kepentingan asing yang kasat mata untuk menggilas bisnis kretek dalam negeri. Menurutnya, modus ini berbeda dengan para penjajah yang langsung mencaplok lahan dan menguasainya tapi kepentingan Asing ini mempengaruhi aturan untuk dibuat pemerintah berdasarkan kepentingan mereka.
Celakanya kata dia, kepentingan asing itu berjalan mulus karena bantuan aparat pemerintah, dari pusat hingga ke daerah. Semangat memberangus itu kian nampak industri kretek nasional ini didukung para profesional, para dokter, kaum aktivis, dan seniman.
“Mereka dengan penuh semangat menelan argumentasi ini tanpa mau berpikir kritis. Semua menjilat asing," tandasnya.
Sobary menjelaskan, sikap yang ditunjukkan partai yang menolak kretek sebagai warisan budaya sungguh ironi. Alasannya, Rancangan Undang Undangan (RUU) yang kini tengan digodok merupakan inisiatif dari DPR.
"Bagaimana paham kebudayaan kalau mereka tidak mau tahu terhadap persoalan rakyat yang terinjak-injak," katanya.
Ia mengingatkan, kretek bukan sekadar rokok. Mantan wartawan ini mengutip Mark Hanusz, penulis buku Kretek: The Culture and Heritage of Indinesia Clove Cigarettes. Mark tegas menyebut kretek sebagai sebuah hasil budaya dan peninggalan yang patut dilestarikan.
“Tulis Mark, kretek itu bukan rokok, bukan pula cerutu. Meski sama-sama berbahan baku tembakau, namun kretek juga mengandung bahan baku lain yang tidak dimiliki oleh rokok jenis manapun yakni cengkih,” terangnya.
Cengkih adalah tanaman endemik Nusantara. Bunga cengkih sudah sejak lama jadi komoditas perdagangan penting. Cengkih pula yang membuat Nusantara diincar dan dikuasai penjajah.
Sebagai tanaman endemik bernilai ekonomi tinggi dan menjadi bagian hidup mashyarakat, cengkih turut membentuk bangunan budaya Indonesia.
Sobary mengingatkan, ada kelompok tertentu di masyarakat yang merasa paling tahu tentang persoalan rokok. Mereka ini begitu menggebu-gebu ingin mengubah hidup ratusan ribu petani tembakau yang terlibat dalam industri kretek.
“Mereka ini sok tahu. Padahal mereka yang tidak pernah mencium bau tanah. Tak pernah ikut bergelut dengan masalah keseharian petani. Tapi dengan gampang mengatakan, petani tembakau bisa beralih ke produk pertanian lain,” kecamnya. (jpnn)