Dahlan Iskan: Bahasa Bola Bukan Gas Air Mata
Ketika itu, pintu stadion jebol. Tempat duduk tidak cukup. Antara tribune dan pagar lapangan padat dengan penonton dadakan. Barisan paling depan menempel di pagar.
Di sekeliling lapangan. Pagar pun doyong. Desakan dari penonton yang baru masuk membuat suporter yang berada di depan terjepit antara pagar dan desakan dari belakang. Situasinya gawat.
Dahlan menyebut sebagai Danrem, Mangindaan harus bertanggung jawab soal keamanan. Waktu itu TNI AD masih saudara tua di jajaran keamanan.
"Namun, dia (Mangindaan, red0 tenang saja. Dia tahu psikologi penonton bola: tidak bisa dilawan dengan kasar. Solidaritas mereka amat tinggi," dikutip dari Disway.
Dahlan mengungkap saat itu Mangindaan sangat tenang. Wajahnya tidak tegang. "Saya di sampingnya," lanjut Dahan.
Mangindaan lantas melakukan apa yang tidak terpikirkan sama sekali oleh Dahlan, yakni turun ke tengah lapangan sembari membawa mikrofon.
Setiba di lapangan, Mangindaan mulai bicara pakai bahasa Suroboyoan yang dianggap lucu oleh Dahlan. Sebab, sang danrem berkata dengan logat Manadonya.
"Saya senang melihat kalian sangat antusias hari ini. Tetapi pagar keliling lapangan ini, kalau roboh, kalian bisa celaka. Maka dengarkan perintah saya ini: tolong, pagar itu pelan-pelan kalian robohkan. Pelan-pelan. Hati-hati. Lalu kalian yang di depan duduklah di atas pagar yang sudah kalian robohkan itu. Kalian duduk di situ. Jangan berdiri. Ikut komando saya. Pelan-pelan. Satu..... Dua.... Tigaaaa.... (ia mengucapkan komando dengan tersenyum dan nadanya lambat)" demikian tulisan Dahlan menirukan perkataan Mangindaan.