Dahlan Iskan: Kita Menggerakkan Desa Kepung Kota
"Untuk menjadi presiden jalannya tidak mudah. Situasi Partai Demokrat, merupakan tantangan," imbuh Dahlan.
Menurutnya, jika seorang calon pemimpin masuk ke partai yang mapan dan baik, alias tanpa masalah, maka ujian kepemimpinannya relatif akan lebih mudah. Justru yang masuk partai yang sedang diterpa badai, akan membuktikan kualitasnya.
"Betul ini pemimpin benar, atau pemimpin yang mau enak-enaknya saja. Pemimpin harus masuk ke tempat yang menantang," imbuh mantan Dirut PDAM ini. Kita upayakan agar elektabilitas demokrat juga naik.
Dahlan Iskan mengungkapkan, selama ini ia tak terlalu menggarap Sulsel untuk sosialisasi dirinya sebagai peserta konvensi Demokrat karena menghormati Wakil Presiden periode 2004-2009, Jusuf Kalla (JK). Awalnya, Dahlan menganggap JK juga akan masuk melalui konvensi tersebut, apalagi selama ini tidak partai yang bersedia menjadi tunggangannya.
SBY, lanjut Dahlan, memliki alasan tersendiri untuk memilbatkan guru besar untuk membuat program pencarian calon pemimpin masa depan yang akan melanjutkan setelah dirinya. Kendala utamanya, tidak semua calon bermutu disenangi, dan sebaliknya tidak semua calon disenangi bermutu.
Dahlan, SBY gelisah siapa yang akan melanjutkan pembangunan Indonesia di masa datang. Tujuannya agar pembangunan tidak dibelok-belokkan. Enam tahun ke depan, menjadi negara nomor 9 di dunia. "Kalau tidak dipromosikan, orang yang mampu ini tidak terpilih," katanya.
Selama ini, setiap sosialisasi ke daerah, Dahlan mengaku tidak pernah mengontak struktur Demokrat, karena merasa bukan anggota. Ia tahu diri bahwa di internal Demokrat, Marzuki Alie, Haryono Isman, dan nama lainnya. Dahlan menganalogikan Demokrat sebagai kolam.
"Kalau terjun ke Demokrat, khawatirnya kolam itu akan penuh. Karena itu, saat masa awal sebelum adanya pertemuan Sentul, Dahlan menggunakan strukturnya sendiri di luar Demokrat. Namun setelah SBY mempersilakan semua peserta konvensi diperlakukan sama, maka ia pun memutuskan untuk percaya diri.