Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Dahlan Iskan: Media Cetak Harus Bikin Kangen

Jumat, 10 Agustus 2018 – 00:05 WIB
Dahlan Iskan: Media Cetak Harus Bikin Kangen - JPNN.COM
Dahlan Iskan. Foto: Chandra Satwika/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Mantan CEO Jawa Pos Group Dahlan Iskan mengatakan bila media cetak, terutama koran, ingin terus hidup, maka harus berani memproklamirkan diri sebagai jurnalistik kasta tertinggi.

’’Sebaiknya diproklamasikan, jurnalistik koran adalah kasta tertinggi dalam jurnalistik,’’ ujar Dahlan Iskan dalam diskusi model bisnis media cetak yang dihelat Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) di gedung Dewan Pers, Rabu (8/8). Bagaimanapun, inti sebuah perusahaan koran ada pada redaksi.

Hadir sejumlah narasumber dari berbagai bidang saling membagikan pandangannya tentang bagaimana mengembangkan bisnis media cetak ke depan. Selain Dahlan, tampil pula CEO Tempo Inti Media Toriq Hadad, Direktur Pengelola Nielsen Indonesia Hellen Katherina, hingga President Director Hakuhodo, Irfan Ramli.

Menurut Dahlan, bila koran berani memproklamirkan diri sebagai jurnalistik kasta tertinggi, maka kualitas produk jurnalistiknya juga harus ditingkatkan sesuai klaim tersebut. Berita yang dihasilkan harus lebih baik dari yang disajikan jenis media lain.

Untuk itu, ada satu doktrin yang harus kembali ditekankan di koran. ’’Bagaimana bikin tulisan yang (membuat) orang kangen,’’ tutur pria kelahiran Magetan itu. Itu hanya bisa diciptakan lewat sebuah karya jurnalistik yang apik, dan menjadi pembeda antara Koran dengan media lainnya.

Senada, Toriq juga menekankan pada konten yang menjadi keunggulan media cetak atas jenis media lainnya. Dia mencontohkan Koran tua dari Amerika Serikat, New York Times. Total pelanggan berbayarnya, baik cetak maupun digital, tahun ini tercatat tiga juta orang.

’’Itu alasan New York Times masih hidup,’’ terangnya. Dengan pelanggan sebanyak itu, koran tersebut tidak mempersoalkan pendapatan iklannya yang hanya 38 persen.

Resepnya tidak lain adalah perbaikan konten. Perbaikan itu dilakukan dengan sistematis dan direncanakan dengan baik. ’’Orang harus membeli New York Times. Mereka dipaksa membeli untuk tahu keadaan yang sebenarnya,’’ lanjut Toriq.

Dahlan Iskan mengatakan, kunci agar bisnis Koran agar tetap bisa bertahan terletak pada perbaikan konten.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News