Dana Otsus Aceh Jangan Dinikmati Sekelompok Elit
jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Firdaus Syam, menilai, dalam beberapa tahun belakangan pasca MoU Helsinki, kekuasaan di Aceh hanya berputar di sekelompok elit tertentu saja.
Kelompk elit ini adalah mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Firdaus mengingatkan, era oligarki ini harus segera diakhiri. Alasannya, generasi muda Aceh yang sekarang ini, adalah generasi baru yang menuntut kesetaraan.
Jika era oligarki tidak segera diakhiri, Firdaus mengatakan, bakal muncul konflik antara generasi muda sekarang, dengan genasi "turun gunung" yang saat ini masih menguasai kekuasaan dan sumber daya ekonomi di Aceh, termasuk gelontoran dana Otsus.
"Pasca perubahan politik di Aceh, muncul sekelompok elit yang merasa paling berjasa menikmati perubahan ini. Oke, itu di masa euforia. Tapi cukup sampai di sini, era oligarki harus diakhiri. Generasi turun gunung harus juga memperhitungkan generasi muda sekarang yang menuntut kesetaraan, menuntut adanya kesejehteraan untuk semua masyarakat Aceh, bukan hanya untuk generasi turun gunung itu," ujar Firdaus Syam kepada JPNN kemarin (17/8).
Firdaus mengatakan hal tersebut saat dimintai tanggapan terhadap alokasi dana otsus Aceh 2015 yang menurut RAPBN 2015 sebesar Rp 7 triliun. Sebelum menjawab hal tersebut, Firdaus menguraikan mengenai catatan kritisnya terhadap penggunaan dana otsus Aceh selama ini.
Firdaus menilai, penggunaan dana otsus di Aceh selama ini belum dinikmati masyarakat luas. Dia menyebut, dana otsus masih banyak dinikmati "generasi turun gunung".
Nah, ke depan, dengan dana Rp 7 triliun itu, Firdaus berharap penguasa di Aceh memberikan perhatian kepada paling tidak tiga kelompok masyarakat.
Pertama adalah petani dan nelayan. Firdaus mengatakan, pemberdayaan petani dan nelayan di Aceh sangat penting dilakukan.