Dana Sertifikasi Guru Selalu Ngadat, Sudah Bikin Muak
“Jika begini terus, berhentilah dulu berbicara mutu pembelajaran, percepatan pemerataan akses, pemerataan mutu, dan lainnya. Pola pembayaran TPG atau sertifikasi yang sangat buruk ini membuat setiap triwulan guru disibukkan dengan pemberkasan, sekaligus stres menunggu. Siapa yang paling menjadi korban dalam konteks ini? Adalah anak-anak, karena mereka dibebani oleh hal-hal yang tidak perlu akibat sistem pembayaran TPG yang salah urus,” terangnya.
Ditambahkan Sudarwan, saat ini PGRI dan anggotanya sudah bosan berbicara dan melontarkan kritik. Karena sepertinya tidak ada gunanya berbicara dengan pihak terkait yang mengelola TPG dengan cara kerja yang membatu. Guru-guru sesungguhnya sudah muak menerima realitas semacam ini.
“Sudah tidak saatnya lagi PGRI dan guru-guru mengancam demo atau mogok, meski kami yakin inilah cara tunggal untuk mengubah keadaan. Kalau sekadar mengancam dan mengritik agaknya tidak ada gunanya, karena penyakit pembayaran TPG yang akut lagi kronis ini sudah diketahui semua orang,” tukas Sudarwan.
Terpisah Wakil Gubernur Bengkulu, Dr. drh. H. Rohidin Mersyah, MMA mengungkapkan, Dinas Pendidikan (Dispendik) Provinsi Bengkulu harus segera merespon kebutuhan para guru tersebut.
Karena anggaran untuk pembayaran tunjangan sertifikasi guru sudah disiapkan, tinggal lagi Dispendik Provinsi Bengkulu harus segera menyelesaikan proses verifikasi pencairannya.
“Segera selesaikan verifikasi, entry data dan bayarkan. Kan uangnya sudah ada, dananya pun sudah dianggarkan. Tinggal sekarang bagaimana Dinas Pendidikan Provinsi berkoordinasi dengan kepala sekolah serta Dinas Pendidikan Kabupaten Kota masing-masing. Sesuaikan entry data dengan jam mengajar para guru, jangan lagi tunda pembayarannya,” singkat Rohidin. (sly)