Dapat Separuh Hati, Hafidz Masih Harus Berjuang Lagi
Kontak Dibatasi, Berteman Boneka di Ruang ICUjpnn.com - Kalimat singkat penuh makna meluncur dari bibir Muhammad Sayid Hafidz, bocah Bekasi Jawa Barat yang menjalani operasi cangkok hati karena didiagnosa menderita allagile syndrome yang mengakibatkan gangguan fungsi hati, ginjal, jantung dan fungsi organ tubuh lainnya. "Terima kasih untuk bantuannya, aku ingin sehat lagi.”
Nathalia Laurens, Bogor
HAFIDZ memang menderita penyakit liver yang angka di dunia. Keinginan Hafidz untuk sembuh itu disampaikannya tiga hari sebelum menjalani operasi cangkok hati, di hadapan tim dokter di Rumah Sakit Pertamedika Sentul City, Bogor.
Hafidz dan keluarganya menunggu hingga tujuh tahun lamanya sampai akhirnya menjalani operasi cangkok hati. Selama tujuh tahun itu pula ayah Hafidz, Sugeng Kartika, 45, berusaha menjaga hatinya agar bida didonorkan demi kesembuhan si buah hati. Akhirnya, 30 persen hati Sugeng memang diambil untuk dicangkokkan ke hati Hafidz.
Setelah 13 jam menjalani operasi bersama dokter-dokter spesialis ternama, Hafidz kini dapat merasakan sedikit perubahan dalam kondisi tubuhnya. Hanya saja operasi ini bukan berarti, penyakit di tubuh kecil Hafidz akan langsung sembuh seketika. Si kecil itu masih akan mengalami perjuangan panjang lainnya menuju kesembuhan seutuhnya. Hafidz bahkan tak boleh langsung mengadakan kontak fisik dengan orang sekitar.
Karenanya, Hafidz harus menjalani pembatasan kontak langsung dengan orang lain karena tim dokter saat ini sedang menurunkan imunitas tubuhnya."Kalau ditransplantasi yang dikhawatirkan tubuhnya si anak menolak hati yang dicangkokkan dalam tubuhnya. Oleh sebab itu imunitasnya diturunkan, biar bisa berproses adaptasi sehingga bisa menyesuaikan dengan hati yang baru dari ayahnya," papar Direktur Medis RS Pertamedika Sentul City, dr Danie Poluan dalam jumpa pers, Minggu (2/3).
Dengan pembatasan itu, Hafidz hanya dapat bertemu kedua orang tuanya, Sugeng dan Maria Ulfa di ruang ICU tempatnya dirawat. Itu pun harus dipastikan Sugeng maupun Maria steril dan memakai berbagai macam pelindung.
Tentu tak mudah bagi anak sekecil harus melewati waktu tanpa teman seusianya. Saat JPNN berkesempatan melihat kondisi Hafidz dari balik pintu kaca ICU, terlihat Maria sedang menemaninya makan siang. Tak banyak gerak yang dilakukan Hafidz, karena ia masih cukup lemah.