Dari Belajar Mengenal Kayu, Listyo Bramantyo Jadi Pembuat Bumerang
Bukan untuk Senjata, Peminatnya Justru Banyak dari AustraliaNamun, katanya, membuat bumerang dari bahan kayu tentu saja lebih menantang. Sebab tidak hanya harus memiliki kesabaran menunggu kayu itu kering hingga kurang lebih dua bulan, tapi juga harus teliti melihat serat. Pasalnya, semakin muncul serat maka bumerang yang jadi akan semakin indah. Apalagi bumerang dari kayu memiliki kelekukan yang alami yang terkadang membuat nilai jualnya menjadi tinggi.
Semakin hari Listyo mengaku semakin menikmati dunia bumerang ini. Apalagi, banyak orang dari negara lain yang melirik bumerang buatannya. Belum lama ini dia mengirim bumerang pesanan kenalannya di Jerman, serta negara lain seperti Jepang, Brazil, dan bahkan dari negeri asalnya, Australia.
Bumerang kayu buatannya dijual mulai dari Rp 100.000. Namun karena serat dan lekukannya yang alami, bumerang buatan Listyo pernah ditaksir hingga Rp 1,4 juta.
“Kalau pengiriman ke luar memang agak sulit, terkait pajak. Makanya saya selalu menuliskan di pengirimannya kalau ini handycraft, karena pada kenyataannya ini buat mainan dan koleksi,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini bumerang semakin diminati masyarakat, entah hanya untuk sekadar hobi melempar maupun koleksi. Imej bumerang sebagai senjata lama kelamaan telah terkikis. Tak jarang rumahnya dikunjungi mereka yang tertarik untuk belajar membuat bumerang.
“Sampai sekarang saya ber-sama asosiasi juga masih berju-ang untuk diakui KONI, karena di asosiasi dunia saja ini sudah diakui. Itu yang saya dan teman-teman sedang perjuangkan,” ungkap Listyo. (*/laz/ong/jpnn)