Datangnya Trofi Berawal Dari Ruang Ganti
PERSIB Bandung menjadi klub yang sukses dalam tiga era kompetisi domestik tanah air. Dimulai dari era perserikatan, era Divisi Utama Liga Indonesia, hingga era Indonesia Super League (ISL). Pesta di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ), Palembang, Jumat malam lalu (7/11) jadi buktinya. Apa kunci utama di balik itu semua?
----
JAJANG Nurdjaman tidak berhenti mengangkat telepon sampai dengan H+1 usai pesta di malam Jumat itu (7/11). Kebanyakan di antaranya memberikan ucapan selamat atas kesuksesannya yang mampu membawa Persib Bandung memboyong trofi di Indonesia Super League (ISL) untuk kali pertama. Termasuk dari Jawa Pos.
Namun, dari semua ucapan yang mengalir, Janur - sapaan akrabnya - tidak ingin menganggap kesuksesan ini hanyalah karena faktor dirinya saja. Melainkan kesuksesan dari para pemain, dan seluruh ofisial klub berjuluk Maung Bandung itu. Bukan bermaksud merendah, karena memang itu sikap yang selalu ditanamkan Janur.
Karena Janur tidak mau dianggap sukses ini hanya karena dia sendiri, melainkan didapat dengan bersama-sama. Kebersamaan jadi penekanannya.
"Sejak hari pertama kami menjalani ISL 2014 ini, hanya dua kata yang saya tekankan, disiplin dan kebersamaan. Dan, semangat kebersamaan itu yang membuahkan trofi ISL ini," ujarnya, kemarin (8/11).
Kebersamaan di sini maksudnya adalah bukan hanya di dalam lapangan, pun demikian di luar arena. Diakuinya, tidak mudah untuk terus menjaga kondusivitas di dalam dressing room Persib selama ISL musim ini. Dengan komposisi pemain yang bisa dikatakan bintang lima, baik pemain lokal atau asingnya, menjaga ego pemain jadi sebuah tantangan besar bagi Janur.
Hanya, Janur menganggap kebersamaan yang rata-rata dua musim dengan beberapa pemain pilar membuat misi mendinginkan kamar ganti bisa lebih mudah. Sebut saja Made Wirawan, Supardi Nasir, M Ridwan, Tony Sucipto, Atep, Hariono dan Firman Utina. Jika dihitung, hanya sembilan pemain anyar yang didatangkan Persib musim ini, atau hampir 60 persen skuad lama.
Alhasil, hal tersebut menunjang kualitas permainan personal pemain itu sendiri. "Semua orang pasti tahu kalau mereka sudah punya kualitas. Tetapi, dengan bersama-sama, saya tahu apa yang dimau pemain, dan pemain pun tahu apa yang saya mau. Sehingga tidak sulit saya untuk mampu mengatur permainan anak-anak," tutur pelatih berusia 50 tahun itu.