Debu Kelud Selimuti Jawa
Bukan hanya itu, ikon Kabupaten Kediri Simpang Lima Gumul terututup pasir tebal. Pusat keramaian yang biasanya dijejali orang-orang yang tengah jalan-jalan ketika sore hari berubah bak kota mati.
"Maklum saja, ketebalan pasir mencapai lebih dari 6 cm," kata Kepala Bidang Penerangan dan Informasi Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi Kabupaten Kediri Adi Suwignyo, kemarin.
Kondisi lebih parah terlihat di empat kecamatan di Kediri yang bedekatan yang paling berdekatan dengan Kelud. Yakni, Puncu dan Ngancar yang jaraknya sekitar 7 km, Kepung yang jaraknya sekitar 8 Km dan Ngancar sekitar 9 km. Di wilayah itu ketebalan pasir mencapai "15 cm.
Karakter pasir yang dimuntahkan Kelud juga terlihat berbeda. Di wilayah Kediri, pasir yang tersebar cukup lembut. Namun debu berterbangan kesana kemari, hingga membikin pedih mata dan sesak nafas.
"Namun di wilayah empat kecamatan itu adalah pasir bercampur kerikil dan batu, mirip sekali dengan hasil bongkaran gedung-gedung. Jalan-jalan beraspal seperti tengah diuruk kembali.
"Bahkan saat letusan pertama kali Kamis (13/2) malam lalu, ada batu yang terlempar dan memancarkan api, ada juga," kata Gunawan, seorang warga Sugih Waras, Kecamatan Ngancar. Sugih Waras adalah wilayah yang paling berdekatan dengan Kelud. Jarak terdekat di wilayah itu mencapai 7 km.
Jawa Pos juga berusaha memastikan kondisi di wilayah itu. Pasir yang menutup atap rumah juga cukup tebal. Banyak warga yang kendati sudah mengungsi, saat musibah mulai mereda mereka balik kembali ke rumah mereka.
"Rupanya, warga kembali ke rumah untuk membersihkaan pasir yang menutup genteng. "Kalau tidak begitu, justru rumah saya yang bakal ambruk. Memang nekat, tapi bagaimana lagi," kata Budiyono, warga setempat, ketika ditemui di tempat pengungsian.