Demi Anak TKI, Camat Sebatik Tengah Usulkan Ruang Belajar Ditambah
jpnn.com - SEBATIK – Sekitar 70 anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) setiap harinya harus melintasi perkebunan kelapa sawit yang berada perbatasan RI-Malaysia untuk sampai ke Pulau Sebatik. Itu mereka lakukan agar tetap bisa bersekolah. Pasalnya, perusahaan tempat orang tua mereka bekerja di Malaysia tidak menyediakan fasilitas pendidikan untuk anak-anak TKI.
“Perusahaan di sana tidak menyediakan fasilitas pendidikan buat anak–anak TKI yang bekerja di perusahaan itu. Sebab itulah mereka harus melalui perjalanan dari daerah perkebunan sawit,” kata Camat Sebatik Tengah, Harman dilansir Radar Nunukan (Grup JPNN.com), Selasa (10/2).
Kurangnya fasilitas pembangunan pendidikan dan tenaga guru, kata Harman, juga menjadi hambatan bagi anak-anak TKI yang bekerja di perkebunan sawit di perbatasan. Akibatnya banyak anak-anak TKI yang tidak melanjutkan pendidikan.
Meskipun layanan pendidikan terbatas, semangat anak-anak untuk belajar cukup tinggi. Meskipun rencana pemerintah membangun asrama untuk memudahkan anak-anak TKI melanjutkan pendidikannya.
“Sulitnya pendidikan di sana membuat anak-anak TKI banyak yang putus sekolah karena tidak sanggup menempuh jarak ke sekolah yang jauh. Apalagi akses jalan tidak mendukung,” ucapnya.
Untuk itu, dia mengharapkan khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan dapat memperhatikan fasilitas pendidikan di Sebatik Tengah. Seperti penambahan ruang belajar untuk menampung anak-anak TKI yang bersekolah ke daerah tersebut.
“Pemerintah segeralah melakukan penambahan ruang kelas untuk siswa dan penambahan tenaga guru yang sampai saat ini masih terbatas,” harap Harman.(chm/jpnn)